BANDUNG, RADARTASIK – Merek gitar Tilazo Pantosa, memang belum membumi di tanah air. Namun perlahan, alat musik melodis yang dapat menimbulkan bunyi atau suara itu, bakal meraimaikan produk lokal yang tak kalah berkualitas.
Brand atau nama Tilazo Pantosa, sekilas mirip nama-nama di benua Eropa. Khususnya seperti di Italia atau Spanyol.
Bahkan nama tersebut seakan mengajak bernostalgia mengenang sejarah dari gitar. Alat musik petik kuno di wilayah Persia kira-kira tahun 1500 SM yang dikenal sebagai citar atau sehtar seperti dilansir Wikipedia.
Alat musik ini kemudian berkembang menjadi berbagai macam model gitar kuno, yang dikembangkan oleh bangsa Yunani dan kemudian dikembangkan bangsa Romawi dan dibawa oleh bangsa Romawi ke Spanyol.
BACA JUGA:Polres Banjar Kolaborasi dengan Seniman Meriahkan HUT Bhayangkara
Demikian selanjutnya alat musik ini bertransformasi. Kian bermunculan alat-alat musik sejenis termasuk dari wilayah Arab.
Kini giliran Tilazo Pantosa. Gitar ini buah karya dari warga Kabupaten Tasikmalaya.
Tepatnya karya dari pria asal Kampung Raweuy Desa Wargakerta, Kecamatan Sukarame, Kabupaten Tasikmalaya.
Pria berusia 49 tahun ini bernama Heri Herianto, yang karib disapa Meeng.
Berlatar belakang seorang seniman, dia memiliki pemikiran jauh. Tidak hanya berkutat sebagai pelaku seni.
BACA JUGA:Seniman Mancanegara Bakal Meriahkan Kibar Budaya
Identik dengan karyanya, baik itu menciptakan lagu, memiliki vocal bagus atau memainkan alat musik.
Lebih dari itu, dia membongkar isi pikirannya. Ingin melengkapi kemampuannya sebagai seniman.
Heri membuat sebuah gitar. Mulanya membuat gitar listrik. Uniknya, gitar ini terbuat dari kayu limbah bekas sebuah pintu.
"Gitar karya pertama yang saya buat itu berbahan kayu bekas pintu. Makanya merek gitar saya bernama Tilazo Pantosa. Itu plesetan dari kata tilas panto (kayu bekas pintu, Red),” kisah Heri sambil tersenyum usai mengikuti talkshow yang diselenggarakan oleh Asosiasi Penyelenggara Perjalanan Wisata (Asperwi).