RADARTASIK.COM – Koordinator Gedung Putih untuk Timur Tengah Brett McGurk dilaporkan mengatakan peluang untuk menghidupkan kembali pakta nuklir 2015 dengan Iran sangat tidak mungkin.
Laporan itu muncul setelah berbulan-bulan negosiasi dan perang kata-kata antara Teheran dan Washington.
Seorang penasihat utama Presiden Joe Biden, McGurk menyuarakan keraguan besar tentang kembalinya perjanjian tersebut dalam sambutannya baru-baru ini kepada para pakar lembaga think tank, menurut laporan Axios.
BACA JUGA:Diduga Lakukan Penipuan Pajak, Shakira Terancam Penjara
McGurk dikabarkan menyalahkan Iran atas kebuntuan tersebut, mengklaim Iran ingin AS mengubah ketentuan kesepakatan, meskipun tidak merinci apa yang mungkin terjadi.
Namun, McGurk bersikeras "kami tidak akan melakukan itu," dan menyatakan bahwa Washington tidak akan menerima proposal Teheran dan bersedia menggunakan sanksi dan "isolasi diplomatik" terhadap negara itu untuk sementara.
Penasihat itu menerangkan Iran berusaha untuk mengubah beberapa rincian perjanjian yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA).
BACA JUGA:AS Mulai Terjun ke Dalam Resesi, Presiden Biden Sebut: Kami Berada di Jalan yang Benar
Sejak mantan Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik diri dari pakta tersebut pada tahun 2018, Teheran juga secara bertahap menjauh dari komitmennya sendiri.
Iran bersikeras Washington harus tetap pada perjanjian asli kesepakatan dan mencabut sanksi yang dikenakan pada ekonominya.
Kecewa dengan sikap AS, Iran terus meningkatkan pengayaan uraniumnya di luar batas yang ditetapkan di bawah JCPOA dan baru-baru ini menyatakan bahwa mereka akan membangun reaktor riset nuklir baru di dekat kota Isfahan.
Sementara Biden telah berulang kali mengatakan dia ingin menghidupkan kembali perjanjian itu, tapi negosiasi berbulan-bulan belum menunjukkan hasil yang nyata.
Dikutip dari Russian Today, Washington dan Teheran malah saling tuding siapa yang harus disalahkan atas kurangnya kemajuan.
Meskipun Iran telah lama menyatakan bahwa program nuklirnya adalah untuk tujuan damai, peningkatan baru-baru ini dalam kegiatan nuklirnya telah menimbulkan kekhawatiran bagi beberapa pihak di Barat.
Pada pertengahan Juli, seorang penasihat senior Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, Kamal Kharazi, mengklaim bahwa negara itu memiliki kemampuan teknis untuk memproduksi bom nuklir tetapi belum membuat keputusan politik untuk melakukannya.
Khamenei sebelumnya telah menyatakan bahwa semua senjata pemusnah massal dilarang dalam Islam, sebuah posisi yang berulang kali ditegaskan oleh Teheran selama bertahun-tahun, termasuk awal bulan ini.