INDIA, RADARTASIK.COM – India telah melaporkan kasus cacar monyet pertama ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berencana untuk mengadakan pertemuan darurat mengenai wabah global ini minggu depan.
Pasien seorang pria berusia 35 tahun yang baru kembali dari UEA ke negara bagian Kerala di India selatan pada 12 Juli, menurut keterangan Veena George, menteri kesehatan negara bagian Kerala.
"Semua langkah sedang diambil dan pasien stabil," tambah George dikutipdari Russian Today sambil mendesak masyarakat untuk tetap tenang.
BACA JUGA:Prancis Desak Kaum Gay, Pekerja Seks dan Transgenders Lakukan Vaksin Cacar Monyet
Pria itu mendarat di Bandara Internasional Thiruvananthapuram dan segera dirawat di rumah sakit dengan gejala cacar monyet.
Pihak berwenang lalu mengidentifikasi 11 dari kontak dekatnya, termasuk anggota keluarga, sopir taksi dan penumpang yang duduk dekat dengan pasien di pesawat.
WHO memutuskan untuk tidak mengumumkan keadaan darurat global atas wabah cacar monyet bulan lalu.
BACA JUGA:Virus Cacar Monyet Dapat Menyebar Melalui Udara
Namun sekarang WHO mengatakan mereka akan mengadakan pertemuan darurat kedua minggu depan setelah jumlah kasus yang dilaporkan meningkat menjadi 9.200 di lebih dari 60 negara
Sebelumnya Prancis mendesak pria gay dan biseksual, transgenders dan pekerja seks serta kelompok 'berisiko' lainnya untuk mendapatkan vaksinasi cacar monyet.
Otoritas kesehatan Perancis mengatakan dalam sebuah pernyataan yang menggambarkan mereka sebagai kelompok yang paling rentan terpapar virus walaupun berpikir mereka tidak terpapar.
Saran tersebut diberikan sebagai tambahan dari panduan yang sudah ada sebelumnya yang menyarankan agar orang mendapatkan vaksinasi jika mereka dites positif terkena cacar monyet atau percaya bahwa kontak terbaru membuat mereka berisiko.
Prancis telah mencatat 577 kasus virus sejauh ini, dengan 387 kasus terjadi di wilayah Ile-de-France (wilayah kota Paris) saja.
Laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki menyumbang 97% kasus di mana informasi tentang kehidupan seks pasien tersedia pada awal bulan Juli.
Sementara 75% dari mereka telah melaporkan banyak kasus terjadi pada pasangan seks sejenis sebelum munculnya gejala.
Otoritas kesehatan Perancis menyimpulkan vaksinasi terhadap kelompok yang paling berisiko terinfeksi adalah cara terbaik untuk mengurangi penyebaran.
Petugas kesehatan yang merawat penderita cacar monyet harus mencari vaksin hanya berdasarkan “kasus per kasus,” badan tersebut lalu menyarankan langkah- langkah kebersihan rutin dan penggunaan APD “ membuat risiko infeksi sangat rendah.
Prancis bukan satu-satunya negara yang mengalami peningkatan tajam dalam kasus cacar monyet.
Organisasi Kesehatan Dunia mengumumkan kasus virus di seluruh dunia telah melonjak 77% selama tujuh hari terakhir saja.
WHO telah mengkonfirmasi 6.027 kasus di 59 negara, sebagian besar dengan 4.920 kasus terjadi di Eropa, tempat pertama penyakit itu muncul di luar negara asalnya Afrika awal tahun ini.
Sementara tidak ada seorang pun di luar Afrika yang meninggal karena jenis cacar monyet saat ini karena virus ini seperti cacar air yang akan hilang dalam 30 hari.
Namun WHO awal bulan ini memperingatkan “ tidak ada ruang untuk berpuas diri ” karena wabah bergerak cepat.
Direktur regional WHO untuk Eropa, Hans Kluge menyerukan peningkatan besar-besaran dalam pengawasan cacar monyet oleh negara-negara Eropa untuk memerangi infeksi.
Dia juga menyalahkan “stigma” atas penyebaran penyakit ini, karena persepsi publik itu adalah “penyakit gay” mirip dengan tanggapan awal publik terhadap epidemi HIV di masa lalu.