KOTA TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM – Pekerjaan fisik proyek penataan Jalan HZ Mustofa dan Cihideung bakal segera dimulai. Namun, sejumlah pedagang kaki lima (PKL) di dua jalan tersebut belum sependapat dengan rencana relokasi sementara.
Penolakan relokasi sementara diungkapkan salah seorang pedagang aksesori di Jalan HZ Mustofa Wandi Nurdiansyah (43).
Menurutnya, sejumlah pedagang enggan bila direlokasi terlalu jauh dari lokasi awal, apalagi ke Shelter Dadaha atau eks Terminal Cilembang.
“Ya jauh kan. Kita biasa jualan di sini (Jalan HZ Mustofa, red). Kalau mau penempatan di lokasi dekat sini saja selagi pekerjaan fisik dilangsungkan,” ungkapnya kepada Radar, Kamis 14 Juli 2022.
Pedagang jajanan, Enjang (53) menuturkan hal serupa. HZ Mustofa dan sekitarnya merupakan pusat keramaian. Otomatis menjadi magnet untuk berjualan.
Kalau direlokasi sementara waktu ke Shelter Dadaha, kata dia, otomatis akan menambah persaingan di sekitaran Dadaha, yang belum tentu jajanannya bisa selaris di HZ Mustofa.
“Ya dekat sini saja, kalau tidak ya di taman kota misalnya,” tutur dia.
Terpisah, Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Perdagangan, Dinas KUMKM Perindag Kota Tasikmalaya H Ramdan mengakui para PKL menolak direlokasi sementara ke Shelter Dadaha dan eks Terminal Cilembang.
Hal itu diketahui usai Dinas KUMKM Perindag menggelar pertemuan dengan sejumlah perwakilan pedagang di dua ruas jalur itu, Kamis 14 Juli 2022 pagi.
“Mereka (PKL HZ Mustofa, red) meminta relokasi ke taman kota, tepatnya di jalan depan Setda Lama atau ke Jalan Sukawarni,” katanya kepada wartawan.
Sementara PKL Cihideung, lanjut Ramdan, mereka menolak direlokasi. Selama pengerjaan fisik berlangsung di area itu, mereka ingin tetap berjualan di tempat sekarang.
“Kalau pun harus pindah, mereka mengusulkan relokasi sementara ke Jalan Pasar Wetan,” ujarnya.
Ramdan menceritakan, pihaknya mendapatkan jawaban tersebut dari Ketua PKL HZ Mustofa Yana dan Ketua PKL Cihideung Endang.
Dia juga merespons langsung aspirasi para pegiat usaha kecil yang sehari-hari beraktivitas di area rencana penataan itu.
Ia meminta dinas teknis fisik, dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR), bisa terjun terlebih dahulu ke lapangan sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai untuk memastikan situasi dan kondisi di lapangan.