CIAMIS — Longsor yang terjadi di lereng Gunung Sawal harus menjadi perhatian serius oleh pemerintah daerah. Pasalnya, jika dibiarkan bisa berdampak luas dan mengancam permukiman atau desa-desa yang berada di kaki Gunung Sawal.
Hal itu diungkapkan Ketua Apdesi Kabupaten Ciamis Yoyo Wahyono melalui Sekretaris M Abdul Haris kepada Radar, Minggu (21/2/2021).
Menurut dia, longsor tersebut harus benar-benar diwaspadai dan jangan hanya dianggap bencana biasa. Karena dampak ke depannya bisa fatal apabila tidak ada tindakan atau upaya pencagahan yang dilakukan.
Kata dia, di Ciamis Utara ada 15 kecamatan yang keberadaannya tidak terlalu jauh dari Gunung Sawal. Dari jumlah kecamatan tersebut, ada sekitar 50 desa yang cukup terancam apabila ada bencana di sekitar Gunung Sawal.
“Jadi desa-desa ini dalam kondisi sangat terancam, karena banyak yang berkepentingan di Gunung Sawal. Terlebih dalam kepentingan ekonomi pribadi yang tidak seberapa,” ujarnya, menjelaskan.
Menurutnya, jika tidak ada aturan tegas dan upaya dalam melesetarikan lingkungan, khususnya di kaki Gunung Sawal ke depannya bencana alam dikhawatirkan akan semakin mengancam masyarakat di sekitar.
“Kami sangat berharap pemerintah bisa fokus dalam mengelola kelestarian Gunung Sawal ini. Kami mengajak semua unsur terlibat dalam mengelola Gunung Sawal untuk kelestarian alam dan keselamatan masyarakat,” ujarnya, menjelaskan.
Menurut dia, longsor Gunung Sawal ini bukan hanya kali ini terjadi. Pasalnya di Cihaurbeuti pun pernah terjadi longsor dan banjir bandang. Bahkan kerugianya besar, korban jiwa, sawah, ladang dan rumah terkena dampak.
“Dari dulu hanya wacana untuk pembahasan Gunung Sawal. Sekarang sudah ada lagi kejadian longsor. Jelas Gunung Sawal ini bahaya laten, sehingga mengancam masyarakat sekitar,” katanya.
Menurut dia, sudah jelas dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yang istilahnya mitigasi. Jadi adanya langkah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana. Baik pembangunan fisik, hingga penyadaran atau yang namanya peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
“Jangan sampai di desa ada orang luar atau oknum yang mau melakukan alih fungsi lahan. Mari bersama-sama semua kompak untuk menjaga desanya. Jangan mau wilayahnya dijadikan alih fungsi lahan dengan keuntungan yang tidak sepebarapa, namun dampak bencananya akan luar biasa,” tegasnya.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Galuh (Unigal) Kabupaten Ciamis Aan Anwar S SH SIP Msi mengatakan, pihaknya prihatin dengan kondisi Gunung Sawal, karena banyak terjadi bencana yang mengancam keselamatan masyarakat sekitar.
“Tentunya ekosistemnya sudah terganggu, di duga adanya pembalakan liar di atas gunung serta alih fungsi lahan,” katanya.
Dia pun baru-baru ini mendengar di Kecamatan Sukamtri harimau mulai turun dan menangsa anjing, bahkan lutung Gunung Sawal di Sindangkasih sudah turun. Artinya, ini pertanda serius ketika hewan liar sudah turun ke permukiman warga.
Terpisah, istri Kepala Dusun Rindu Wangi Desa Mekarwangi Kecamatan Sukamantri Siti Hodijah membenarkan ada kejadian harimau turun dan memangsa anjing di permukiman warga. “Anjing tersebut milik warga yang biasa disimpan di dekat kolam ikan untuk menjaga. Tapi, tiba-tiba pagi sudah mati dimangsa harimau,” ujarnya, menjelaskan.
Tato (41), warga Budiasih Kecamatan Sindankasih membenarkan kalau ada beberapa lutung yang mulai turun gunung. “Banyak warga juga yang mulai melihat berada di pohon kelapa dan pete deket permukiman warga,” katanya. (isr)