Radartasik, Ukraina telah mengungkapkan tingkat korban harian dalam konflik dengan Rusia. Sebanyak 1.000 tentara Ukraina terbunuh atau terluka setiap hari di Donbass kata seorang pejabat senior dikutip oleh Axios.
David Arakhamia pejabat yang memimpin negosiasi Kiev dengan Moskow dan mengepalai partai presiden Ukraina di parlemen mengungkapkan angka tersebut dalam pertemuan meja bundar di German Marshall Fund di Washington DC.
Dia mengatakan jumlah korban harian di antara tentara Ukraina telah meningkat secara signifikan sejak Rusia meningkatkan serangannya di Donbass.
Pada 1 Juni lalu, Volodymyr Zelensky Presiden Ukraina mengatakan Kiev kehilangan 60-100 tentara per hari dalam pertempuran.
Sekarang setelah lebih dari dua minggu, Arakhamia mengklaim jumlah tersebut telah meningkat menjadi rata-rata 200-500 kematian setiap hari.
Menurut Arakhamia Kiev telah memobilisasi satu juta orang sejak awal konflik dan dapat memobilisasi tambahan 2 juta tentara.
Namun masalahnya bukan kekurangan tentara, melainkan kekurangan persenjataan dan perbekalan menurut Arakhamia.
“Kami memiliki orang-orang yang dilatih untuk menyerang, untuk melakukan serangan balik, tetapi kami membutuhkan senjata untuk ini,” kata Arakhamia dikutip dari Russian Today.
Negosiator sedang memimpin delegasi di Washington untuk melobi pemerintahan Biden dan Kongres untuk meningkatkan pengiriman senjata ke Ukraina menurut laporan Axios.
BACA JUGA:Presiden Ukraina Bersumpah Akan Merebut Kembali Donbass Dan Krimea
Sebelumnya setelah meakukan panggilan telepon dengan Zelensky, Presiden Joe Biden mengumumkan AS akan memberikan bantuan militer dan kemanusiaan tambahan ke Kiev, termasuk senjata dan persediaan senilai $ 1 miliar seperti roket dan amunisi artileri.
Bulan lalu Gedung Putih menyetujui paket bantuan senilai $40 miliar untuk Ukraina. Namun menurut Arakhamia, dana ini terlalu lama untuk langsung dijadikan ke dalam pengiriman senjata yang sebenarnya.
Sementara itu, mitra Eropa Ukraina telah mulai fokus pada pengisian persediaan mereka sendiri daripada mengirim semua yang mereka miliki untuk melawan Rusia kaliam Arakhamia.
Ia bahkan menuduh bahwa Negara Eropa termasuk Jerman dicengkeram dengan "ketakutan internal" terhadapap Rusia, dilihat dari keengganan mereka untuk menyetujui lisensi ekspor untuk mempersenjatai Ukraina.
Mengomentari pembicaraan dengan Moskow, Arakhamia mengatakan Kiev saat ini tidak ingin duduk di meja karena "posisi negosiasinya sebenarnya cukup lemah."
Pejabat itu mengatakan Kiev berencana untuk "membalikkan keadaan dalam beberapa cara," menekankan perlunya operasi balasan untuk mendapatkan kembali wilayah yang hilang.
Dia mencatat bahwa meskipun negosiasi antara Rusia dan Ukraina masih dibekukan, kedua belah pihak terus berbicara melalui telepon “satu atau dua kali per minggu”, meskipun semua orang menyadari bahwa “tidak ada tempat untuk negosiasi.”
Namun Arakhamia menekankan bahwa konflik tersebut pada akhirnya perlu diselesaikan melalui kompromi, meskipun saat ini ada perlawanan domestik yang signifikan terhadap segala jenis negosiasi dengan Moskow.