Gus Muhaimin, Komunikasi Politik, dan Humor

Sabtu 04-06-2022,12:00 WIB
Editor : Usep Saeffulloh

Dalam panggung berbeda, Seno Gumira Ajidarma melalui buku, Antara Tawa dan Bahaya: Kartun dalam Politik Humor (2013) coba menggambarkan dinamika kartun humor di era tirani Orde Baru. Sebagaimana tergambar dalam judulnya, Seno ingin menjelaskan bahwa "tertawa" di era itu bisa mengundang bahaya. Sebab yang ditertawakan adalah kumpulan gambar-gambar (kartun) lucu yang bernada protes sosial terhadap pemerintah.

Dalam konteks ini pula, Gus Dur adalah contoh par excellent. Sebagai seorang tokoh, personfikasi Gus Dur tergolong komplet: ulama, politisi, negarawan (presiden), akademisi-intelektual cum aktivis, sekaligus humoris. Bukan hanya sukses menulis pengantar terjemahan buku legendaris Russia Dies Laughing atau Mati Ketawa Ala Rusia (1986), Gus Dur juga secara proporsional mengintegrasikan sisi humor dalam berbagai dimensi kehidupannya. Itulah kenapa sosok dan pemikiran Gus Dur banyak diterima semua kalangan dan terus lestari hingga sekarang.

Dalam beberapa hal, keahlian berkomunikasi secara jenaka dalam diri Gus Dur tersebut nampaknya diwarisi oleh salah satu keponakannya, Gus Muhaimin Iskandar. (*)

*) Mahasiswa Pascasarjana Media dan Komunikasi Universitas Airlangga

 

Kategori :