Bulan Suci Ramadan Perbanyak Sedekah, Stop Gibah

Sabtu 02-04-2022,09:40 WIB
Reporter : syindi

radartasik.comMemasuki bulan Ramadan, umat muslim dituntut untuk meningkatkan kualitas ibadah. Bukan hanya yang bersifat vertikal kepada Allah Swt saja, tetapi juga horizontal kepada sesama.

Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tasikmalaya KH Aminudin Bustomi meminta masyarakat bisa memanfaatkan momentum Ramadan secara maksimal. Pasalnya tidak ada yang menjamin seseorang bisa menemukan kembali bulan suci di tahun depan. ”Jangan sampai disia-siakan, perbanyak ibadah,” ujarnya kepada Radar, Jumat (1/4/2022).

Secara umum, masyarakat sudah paham bahwa di bulan Ramadan semua umat muslim diwajibkan puasa kecuali dalam kondisi tertentu. Hal ini jadi sarana untuk menekan hawa nafsu.

Tidak dipungkiri saat ini ekonomi terbilang sulit di mana harga-harga kebutuhan pokok naik. Maka dari itu, kepedulian kepada sesama harus lebih ditingkatkan. ”Jangan lupa untuk bersedekah meskipun ekonomi sedang sulit,” tuturnya.

Selain itu, perilaku pun harus dijaga agar tidak melakukan hal-hal buruk. Karena banyak perilaku-perilaku buruk yang tidak disadari oleh masyarakat, di antaranya membicarakan keburukan orang lain atau gibah. ”Makanya kita harus saling mengingatkan ketika ada saudara kita yang khilaf,” ucapnya.

Wawancara terpisah, Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al Hikmah Kota Tasikmalaya H Ricky Assegaf juga mengungkapkan hal serupa. Puasa merupakan ibadah yang bisa meningkatkan keimanan seseorang.

”Makanya orang yang sedang berpuasa tidak akan makan minum meskipun sedang sendirian, karena keimanannya sedang kuat,” kata Ketua GP Ansor Kota Tasikmalaya tersebut.

Ketika keimanan sedang tinggi, seyogianya mampu membentuk karakter menjadi lebih baik. Tentunya karakter tersebut harus diterapkan selanjutnya setelah Ramadan. ”Secara tidak langsung, Tuhan melatih orang supaya sabar, tabah, jujur, peka terhadap sekitar dan pengendalian diri dari hawa nafsu,” ujarnya.

Pihaknya percaya masyarakat di Kota Tasikmalaya masih mencintai sedekah sehingga tidak akan ada orang yang kelaparan. Di Ramadan ini, dia mengajak agar amalan itu bisa lebih ditingkatkan lagi. ”Dan sedekah itu, jangan sampai perhitungan,” tuturnya.

Perhitungan dalam sedekah yang dimaksud yakni menakar besar kecilnya nilai sedekah. Begitu juga dengan penerimanya. Jangan sampai terlalu menilai besar kecilnya yang diterima. ”Kan kadang ada yang sedekah itu mikir kebanyakan atau kekecilan,” ucapnya.

Salah satu manfaat puasa yakni pengendalian diri dari hawa nafsu. Membicarakan keburukan orang lain alias gibah merupakan hal yang harus dijauhi. ”Menceritakan orang lain boleh, tapi jangan mengumbar keburukan apalagi sampai menjadi gunjingan,” katanya.

Penetapan Ramadan

Kementerian Agama (Kemenag) RI menggelar Sidang Isbat (Penetapan) Awal Ramadan 1443 Hijriah di Auditorium HM Rasjidi Kantor Kemenag, Jakarta, Jumat (1/4/2022). Hasilnya 1 Ramadan ditetapkan pada Minggu (3/4/2022).

Sidang yang diikuti oleh perwakilan ormas Islam, perwakilan duta besar negara sahabat, serta jajaran Kemenag itu diawali dengan Seminar Posisi Hilal yang disampaikan pakar astronomi yang juga anggota Tim Unifikasi Kalender Hijriah Kemenag, Profesor H Thomas Djamaluddin.

Dalam paparannya, Thomas Djamaluddin mengungkapkan, secara astronomis, posisi hilal di Indonesia pada saat Magrib 1 April 2022 masih berada di bawah kriteria baru MABIMS (Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura) yang ditetapkan pada 2021, sehingga kemungkinan tidak dapat teramati.

”Di Indonesia, posisi hilal awal Ramadan 1443 H terlalu rendah sehingga hilal yang sangat tipis tidak mungkin mengalahkan cahaya syafak (senja), sehingga kemungkinan tidak terlihat,” ujar Thomas dalam siaran pers Kemenag RI.

Tags :
Kategori :

Terkait