radartasik.com, RADAR TASIK — Dua dari lima pelaku penyelundupan sabu-sabu seberat satu ton yang tertangkap di Pantai Madasari Kabupaten Pangandaran berprofesi sebagai tour guide (pemandu wisata). Keduanya berinisial AH dan HH berasal dari Dusun Kalensari Desa Kondangjajar Kecamatan Cijulang.
Kepala Dusun Kalensari Abdul Rohman mengatakan AH dan HH dikenal bukan orang yang tertutup di lingkungannya. ”Keduanya gampang bersosialisasi, ada yang meninggal mereka ikut urus, ada gerakan bersih-bersih mereka ikut,” katanya kepada Radar, Jumat (18/3/2022).
AH dan HH juga tidak pernah membuat gara-gara di lingkunganya masing-masing. ”Makanya saya bertanya-tanya, kok mereka berdua jadi begitu kelakuannya,” ucapnya.
Pelaku berinisial AH bekerja di travel, kadang-kadang jadi supir tembak di rental mobil. Sementara HH bekerja sebagai tour guide di Green Canyon. ”Mereka kadang bareng ke sana kemari, tetapi kadang masing-masing,” ujarnya.
Dari segi ekonomi, AH dan HH termasuk golongan menengah ke bawah. HH masih tinggal bersama mertuanya dan AH menumpang di orang lain. ”AH tidak punya rumah,” ucapnya.
Untuk AH, diketahui memiliki istri tetapi belum punya anak. Sementara HH sudah punya istri dan satu orang anak. ”Masih duduk di bangku SD,” tuturnya.
Abdul belum menemui keluarga keduanya karena alasan psikologis. ”Saya sudah suruh tetangga mereka untuk memantau, takut terjadi apa-apa,” katanya.
Pantau Perairan Pangandaran
Sementara itu, Satuan Polisi Air dan Udara (Sat Polairud) Polres Ciamis meningkatkan pengamanan di perairan Pangandaran setelah terjadi penangkapan lima penyelundup sabu-sabu seberat satu ton yang dilakukan oleh DH (kepala dusun), HH, AH, NS (atlet BMX), dan M (WNA)
Kepala Sat Polairud Polres Ciamis AKP Sugianto mengatakan, setelah penggerebekan sabu-sabu di Pantai Madasari, pihaknya melakukan patroli rutin dan mengandalkan informasi dari masyarakat pesisir jika ada hal-hal yang mencurigakan. ”Untuk itu kami mengajak masyarakat untuk menjaga keamanan perairan Pangandaran, apalagi setelah kejadian kemarin,” katanya kepada Radar.
Jika ada kapal besar yang harusnya ada di jalur tengah, tiba-tiba minggir ke tepian, kata dia, itu mesti dicurigai. ”Terus kalau ada aktivitas yang dilakukan oleh bukan nelayan, itu patut dicurigai,” ujarnya.
Selama ini, pihaknya berpatroli tidak sampai ke perairan tengah, apalagi ke perairan lepas. ”Kalau berapa mil (jarak) aku lupa sih,” ucapnya.
Dalam patroli rutin, pihaknya tidak pernah ragu untuk merazia kapal yang mencurigakan. ”Kita lihat dan periksa, kalau ada bom atau yang lainnya,” katanya.
Kategori :