Rencana Arab Saudi Hadirkan Ka’bah di Metaverse Tuai Kontroversi, MUI Tegaskan Ibadah Haji Butuh Kehadiran Fisik

Rabu 09-02-2022,10:20 WIB
Reporter : radi

Radartasik.com — Rencana Pemerintah Kerajaan Arab Saudi untuk menghadirkan Ka'bah Masjidil Haram di metaverse menimbulnya kontroversi. Apalagi muncul spekulasi kehadirannya itu sebagai bagian wacana ibadah umroh dan haji secara virtual di metaverse.

Kabarnya proyek yang disebut Virtual Hacerulesved itu digagas oleh Imam Besar Masjidil Haram, Syeikh Abdurrahman Sudais dengan berkolaborasi bersama Universitas Umm al-Qura dam Badan atau Otortitas Urusan Pameran dan Museum Pemerintah Arab Saudi.

Sebenarnya sebelum muncul rencana menghadirkan Ka'bah Masjidil Haram di metaverse tersebut, Otoritas Departemen Dua Tempat Suci Islam Arab Saudi telah memulai proyek yang menghadirkan Hajar Aswad secara virtual pada penghujung Desember 2021 lalu yang diberi nama Virtual Black Stone Initiative. Lewat teknologi VR, maka para pengunjung akan bisa menyentuh batu hitam suci itu secara virtual.

Seperti dikutip dari Scoop Empire.ibada, Iman Sudais menyatakan bahwa inisiatif tersebut bertujuan untuk memaksimalkan penggunaan teknologi VR dan menciptakan pengalaman digital yang menyimulasikan realitas nyata.

"Kami memiliki situs keagamaan dan sejarah yang hebat yang harus kami digitalkan dan komunikasikan kepada semua orang melalui sarana teknologi terbaru," ujar Iman Sudais.

Menanggapi langkah Arab Saudi yang akan menghadirkan Ka'bah Masjidil Haram di metaverse sejumlah negara di wilayah Arab menyikapinya secara kritis. Apalagi ada spekulasi wacana jika ibadah umroh atau haji juga akan dilakukan di metaverse.

Lembaga Presidensi Urusan Keagamaan Turki (Diyanet) misalnya menegaskan bahwa kunjungan virtual ke ka'bah metaverse tidak bisa disebut sebagai haji sesungguhnya.

“Ini (ibadah haji di metaverse) tidak mungkin terjadi,” kata Direktur Departemen Haji dan Umrah Diyanet, Remzi Bircan, seperti yang dikutip dari Hurriyet Daily News.

Bircan menambahkan bahwa ibadah haji harus dilaksanakan di dunia nyata dengan tubuh fisik berada di tanah. “Kaki mereka harus menyentuh tanah (ka'bah),” imbuhnya.

Hal senada disampaikan oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa, KH Asrorun Niam Sholeh, KH Asrorun Niam Sholeh. Dia menegaskan bahwa ibadah haji harus dilakukan secara fisik atau tidak bisa dilakukan secara virtual.

"Pelaksanaan ibadah haji dengan mengunjungi Ka'bah secara virtual tidaklah cukup, dan tidak memenuhi syarat. Karena aktivitas ibadah haji membutuhkan kehadiran fisik," jelas Asrorun.

Tak hanya memerlukan kehadiran fisik, sambung Asrorun, ibadah haji juga erat kaitannya dengan tempat tertentu. Misalnya saja, dalam hal thawaf atau mengelilingi Kakbah selama tujuh kali putaran.

"Jadi, tidak bisa dilaksanakan dalam hati, dalam angan-angan, atau secara virtual. Atau dilaksanakan dengan mengelilingi gambar Ka'bah atau replika Ka'bah. Tidak bisa dalam angan-angan atau mengelilingi gambar ka'bah, atau replika ka'bah,” terang pria yang menjabat Katib PBNU tersebut.

Namun demikian, kata Asrorun, Ka'bah di metaverse ini bisa dimanfaatkan untuk membantu mengenalkan Ka'bah kepada jamaah yang akan melaksanakan ibadah seperti umrah dan haji yang biasanya disebut sebagai manasik haji. (ing/radarcirebon/bbs)

Tags :
Kategori :

Terkait