Radartasik.com, TASIK — Seorang siswa kelas V salah satu SD di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya, D (10), sempat kritis dua hari dan meninggal dunia usai menerima vaksin, Senin (17/01/22).
Siswa tersebut menerima suntikan vaksin kesatu, Sabtu (15/1/22) lalu dan mengalami kejang-kejang serta menurun kesadarannya hingga kritis. Dia dibawa ke RSUD Soekardjo Kota Tasikmalaya, Minggu (16/1/22) malam.
Sampai akhirnya siswa tersebut meninggal dunia di rumah sakit saat menjalani perawatan pada Senin sore (17/1/2022).
Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Tasikmalaya, Uus Supangat membenarkan adanya siswa yang meninggal dunia tersebut.
Dirinya pun sempat kaget dan segera mengecek analisa dokter terkait penyebab kematian anak tersebut usai divaksin.
"Nah ini kan yang meninggal di RSUD pada awalnya diduga KIPI murni (Kejadian Ikutan Paska Imunisasi)," ujar Uus saat dikonfirmasi Selasa (18/01/22).
Kemudian, dia datang ke RSUD diperiksa dalam kondisi kejang dan penurunan kesadaran.
"Tadi saya sudah bicara panjang lebar dengan dokter bagian perawatan intensif RSUD, kemudian dengan Ketua KIPI Dokter Dani dan Dokter Idam spesialis anak menyampaikan kepada saya setelah dilakukan pemeriksaan ternyata ada penyakit lain yang mendasarinya," terangnya.
Uus menjabarkan, penyebab siswa itu meninggal kalau dikenal dalam dunia medis itu disebut KIPI Koinsiden atau KIPI yang ada penyakit mendasarinya.
Yaitu, kata dia, diduga korban tersebut saat divaksinasi sedang mengalami serangan penyakit demam berdarah dengue (DBD) masa inkubasi.
Jadi, menurut dia, yang menyebabkan vatalitas itu belum bisa dipastikan karena imunasi. Karena ada penyakit yang mendasarinya. Dari hasil tim dokter anak di RSUD, penyebab fatalitasnya (kematian) itu karena expanded dengue atau demam berdarahnya.
"Nah, konklusi medis ini bisa diambil karena ada hasil NS1 yang positif, penanda bahwa anak tersebut terinfeksi DBD," bebernya.
Uus menambahkan, hanya secara kebetulan bahwa anak ini dua hari sebelumnya usai menerima vaksin tak bisa disimpulkan kematiannya akibat vaksin. Soalnya, temuan penyakit dengue ini telah menyebabkan kerusakan di beberapa organ korban.
"Yaitu ada encefalopati, kemudian kegagalan akut pada hatinya yang ditandai memang SGOT dan SGPT-nya sangat tinggi. Jadi sudah terjadi kegagalan akut pada liver ditambah encelopati. Maka artinya ekspande dengue ini terjadi pada anak tersebut yang menyebabkan fatalitasnya (kematiannya)," tambahnya.
Sehingga, Uus berharap kejadian anak meninggal usai divaksin di Kota Tasikmalaya ini tak dinilai bahwa pemberian vaksin bahaya oleh masyarakat.
Kejadian ini dinilai secara kebetulan bahwa korban meninggal dengan penyakit yang mendasarinya dan usai divaksin dua hari lalu.
"Ini supaya bisa dipahami oleh masyarakat bahwa jangan sampai ada pemahaman bahwa ini karena KIPI murni atau tak ada penyakit yang mendasarinya. Atau kematiannya karena vaksin ya, tidak seperti itu,” ujarnya.
“Walaupun dilakukan vaksin dulu sebelum masuk rumah sakit, anak ini dari tanda-tanda laboratorium serta hasil pemeriksaan medis yang dilakukan sudah didahului oleh penyakit yang dideritanya yaitu demam berdarah," ujar Uus menjelaskan. (rezza rizaldi / radartasik.com)