Cinta Sejati

Minggu 29-05-2022,05:05 WIB
Editor : Ruslan

Budi Utomo

Bila Gus Dur dijuluki sebagai Neo-tradisionalis maka Cak Nur dan Buya Syafi’i dijuluki Neo-modernis sekembali Beliau berdua dari Chicago. Gus Dur menyebut Beliau berdua sebagai para pendekar dari Chicago. Apa istimewanya Chicago? Karena baik Cak Nur dan Buya Syafi’i menimba ilmu dari guru Neo-modernis yang sama: Fazlur Rahman Malik (1919-1988). Fazlur Rahman adalah ulama kelahiran Pakistan yang pandangannya semerdeka Gus Dur sampai-sampai difatwa halal darahnya oleh ulama Konservatif di Pakistan. Karena Fazlur Rahman menekankan kontekstual bukan tekstual dari Qur’an. Tahun 1968, Fazlur Rahman bermigrasi ke Amerika Serikat demi keselamatan dirinya. Di Amerika, Fazlur Rahman mengajar di Universitas California dan Universitas Chicago. Buya Syafi’i berkenalan dengan ajaran Neo-modernis dari Fazlur Rahman ketika kuliah S3 di Universitas Chicago. Demikianlah sejarah singkat Sang Neo-modernis, Guru Bangsa, yang inklusif, toleran. Gus Dur nya Muhammadiyah. Selamat jalan Buya. Selamat berkumpul kembali dengan Cak Nur dan Gus Dur.

Lena Wati

Kl ada keadilan , Tak akan ada persoalan yg mengganggu persatuan , Kl ada keadilan , Tak kan ada persoalan kemiskinan , Semoga pesan Guru Bangsa kt ini , Selalu menggema. Bangsa kita dan Generasi muda nya, Tertulari semangat Beliau u/ menggelorakan sila ke 5. Kl tdk ada keadilan , u apalagi kt hidup , apalagi hidup ber"Bangsa" , Selamat Jalan Guru Bangsaku, Murid2 dan Kader2mu senantiasa bertumbuh di Indonesia, bahkan u Dunia.

Jimmy Marta

Perginya guru bangsa. Buya Ahmad Syafii Maarif memberi keteladanan dalam kehidupan sehari hari. Berintegritas tak mau menerima macam2 fasilitas. Tak mempan rayuan harta dan tahta. Berpikiran jernih tempat meminta nasehat. Pemikiran yang moderat. Bervisi untuk persatuan bangsa. Negara Indonesia yg adil sejahtera. Selamat jalan buya. Semoga semuanya dipermudah untuk buya.

Gianto Kwee

Teringat Iklan Sampoerna Mild di tahun 2000 an, "Menjadi Tua Itu PASTI, Menjadi Dewasa Itu PILIHAN" Saya sangat kagum akan beliau dan terus belajar untuk makin Dewasa sampai menjadi Dewasa yang sempurna, yaitu tinggal dirumah Type 21

Mirza Mirwan

Mungkin banyak yang tidak tahu kalau Buya itu humoris. Kalau bercerita riwayat rumahtangganya, siapapun yang mendengar pasti geli. "Lif itu kan cantik, anak saudagar pula, kok ya mau jadi isteri orang miskin seperti saya," kata Buya. Lif adalah panggilan isteri beliau, Nurkhalifah. Beliau juga memanggilnya "si Kecil", karena perawakan Bu Lif yang kecil. Buya bilang, dulu menikahi Bu Lif tanpa modal -- semuanya ditanggung mertuanya. Juga cerita bahwa rumahtangganya seperti kebanyakan rumahtangga lain. Sesekali terjadi juga pertengkaran kecil. Tapi begitu selesai bertengkar ya sudah. Tak perlu diungkit-ungkit lagi. Kalau mesti marah ya marah saja, jangan ditahan, nanti malah jadi penyakit. "Makanya saya itu heran, punya isteri satu saja ribut, gimana yang 3, 4, itu, ya!" kata Buya. Buya juga memuji Bu Lif sebagai sangat dermawan. Buya mengaku kalah soal kedermawanan itu. Itulah Buya Ahmad Syafii Maarif, Guru Bangsa, yang meninggal dalam usia 87 tahun (kurang 4 hari). Sebagai penerima Bintang Mahaputera Utama, Buya pasti tahu bahwa kalau meninggal ia berhak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Tetapi ia malah sejak Februari lalu sudah pesan 'kavling' di Pemakaman Muhammadiyah Khusnul Khatimah, di Kulon Progo. Kemarin itu saya sedih juga. Rencananya bakda Jumatan mau berangkat ke Yogya, tspi anak teman saya bilang jenasah Buya akan dimakamkan bakda Ashar. Jadinya hanya bisa Shalat Ghaib seusai shalat Jumat.

Akagami Shanks

Libur dulu bahas itunya. Besok saja. Mau menghormati ini dulu. Bukan itu poin kenapa saya ngeyel ini harus di bahas. Tapi ini saja sedikit bocoran. Pawang buaya harusnya berjaga. Supaya buaya-buya tidak melewati tembok pembatas. Jika sampai melewati tembok pembatas. Maka buaya-buaya akan gercep untuk membuka kulkas yang di dalamnya ada daging segar.

Waris Muljono

Semula hati saya "bombong" . Sy ini selevel sama buya, sang guru bangsa. Yaitu dlm hal sama sama pembaca disway. Semenit kemudian bombong saya ilang, ketika menyadari bahwa di level pembaca disway pun sy ga bisa di sandingkan dgn buya. Buya bisa langsung WA ke penulis disway, sy tidak. Utk menghibur diri, sy kembalikan bombong sy. Komentar sy di disway pernah jadi komentar pilihan, buya rasanya tak pernah. Heheh Lalu bombong sy ilang lagi. Karena komentar buya langsung ke WA , bahkan langsung di follow up. Bukan sekedar komentar, bahkan di buatkan tulisan obituary. Selamat jalan buya, sang guru bangsa

Juve Zhang

Sekalian turut berduka buat pak Ridwan Kamil yg anaknya hilang di sungai di Swiss, walaupun belum ketemu ,logika nya sulit bertahan di arus kuat dengan suhu dingin karena air lelehan salju. Beberapa hal kita catat dari berita. 1. Dilarang Berenang di sungai Aaree itu ditulis dalam 10 bahasa. Mengapa tidak baca pengumuman? 2. Istri pak RK dan anak wanita nya juga berenang , sungguh bahaya kalau semuanya hanyut. 3. Pak RK tidak mendampingi, kalau ada mungkin bisa ngasih warning, ingat kata kata Don Corleone, sang Godfather, "wanita dan anak anak boleh ceroboh, tapi Laki laki dewasa tidak boleh ceroboh". 4. Eril anak Pak RK ke Swiss dalam rangka cari beasiswa buat S2, acungkan jempol buat niat cari beasiswa, biasanya kalau anak setingkat bupati/walikota saja malas nyari beasiswa karena di rumah sudah numpuk "cek " ,"giro" " emas batangan" "valas" berbagai negara, beasiswa itu sudah"kuno" menurut anak anak pejabat tinggi.

Kategori :