Radartasik.com - Di final AFF 2020 malam ini, keluarga para pilar timnas Indonesia itu masing-masing akan nonton bareng tetangga di lorong depan rumah, di balai desa bersama bupati, dan di kediaman mertua.
Saat tim nasional (timnas) Indonesia turun di final Piala AFF 2020 leg pertama melawan Thailand malam ini, dan dengan segera kemeriahan Lorong Ganogo menyerupai stadion. ”Pas leg kedua (semifinal), jantung saya serasa copot saat penalti menit akhir. Untunglah tidak masuk. Jadi, kami semangat nonton dan kini berharap Indonesia juara Piala AFF,” kata Nur Hayati di rumahnya yang berada di lorong di Kota Palu, Sulawesi Tengah, tersebut saat berbincang dengan Radar Sulteng kemarin (28/12).
Nur adalah ibunda Witan Sulaeman, salah seorang bintang Indonesia di Piala AFF 2020. Layar tancap pemicu kemeriahan di lorong tersebut persis berada di depan rumah yang ditempatinya bersama suami yang juga ayah Witan, Humaidi, dan dua anaknya yang lain.
Nur dan Humaidi berjualan air isi ulang yang mereka beri nama ”Witan Messi”. Muhammad Akbar Lionel Messi adalah salah seorang adik Witan. Dari rumah yang menjadi saksi gempa hebat yang disusul tsunami serta likuefaksi pada 2018 itu pula mengalir konsumsi peneman nonton bareng tiap kali timnas tampil di Piala AFF 2020.
Ribuan kilometer dari Palu, di Balai Desa Tawang, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Ninuk Indahsari juga bakal melewatkan malam ini di tengah kemeriahan nonton bareng. Dia mendapat undangan dari Bupati Hanindhito Himawan Pramana serta perangkat desa setempat.
Meski tak lagi menonton di rumahnya yang juga berada di desa tersebut, Ninuk akan tetap berkomitmen untuk tidak sedetik pun tak menonton laga. Bahkan untuk sekadar mengambil minum atau ke kamar mandi. Itu bagian dari tirakatnya untuk mendukung sang anak, kiper utama Indonesia Nadeo Argawinata.
Ninuk mengatakan, selama membela Indonesia dalam Piala AFF di Singapura, Nadeo tidak pernah absen menghubunginya. ”Biasanya tiga kali telepon. Yang pertama pagi hari sebelum pertandingan, kemudian waktu di bus menuju stadion, dan setelah pertandingan,” ujar Ninuk.
Tiap kali video call, keduanya hanya berkomunikasi sebentar. Intinya, selain mendoakan, Ninuk biasanya mengingatkan agar Nadeo selalu berfokus di pertandingan. ”Saya selalu ingatkan, jangan lama-lama dengan bola. Terutama di menit-menit akhir, biasanya sangat berbahaya,” katanya kepada Jawa Pos Radar Kediri.
Demikian pula Witan. Humaidi mengatakan, dalam setiap kesempatan, anak sulungnya itu selalu menghubungi orang tuanya untuk memohon restu, doa, dan keberkahan. ”Saya dan mamanya selalu doakan agar Witan selalu sehat dan bisa bermain bagus dan menang,” ujar Humaidi.
Untuk bisa sampai ke titik mereka kini menjadi pilar timnas, perjuangan yang dilalui Witan dan Nadeo sangatlah panjang. Masa kecil dan remaja mereka dihabiskan untuk berlatih dan bertanding.
Di kediaman orang tuanya, jejak perjuangan Witan itu tersimpan dalam bentuk koleksi piala, medali, serta sepatu pemberian pelatih timnas sekarang, Shin Tae-yong. Sepatu berwarna hitam-merah itu tersimpan baik dan sangat dibanggakan Witan sekeluarga.
”Ini sepatu pemberian khusus dari pelatihnya karena tidak semua pemain diberi,” kata Humaidi memperlihatkan sepatu berukuran 40 itu.
Witan gemar bermain bola sejak usia taman kanak-kanak (TK). Humaidi lantas mengarahkan hobinya dengan masuk SSB Galara di usia 12 tahun dan sekolah di SMPN 2 Palu kelas olahraga. Selepas SMP, Witan mengikuti seleksi di Sekolah Keolahragaan (SKO) Ragunan. ”Dari 50 lebih pendaftar se-Indonesia, hanya tiga yang berhasil diterima. Salah satunya Witan,” kata Humaidi.
Usaha air isi ulang itu merupakan salah satu hadiah Witan kepada orang tuanya. Tapi, hadiah paling dikenang dari sang anak bagi Humaidi dan Nur adalah saat mereka diberangkatkan umrah dua tahun lalu. Ketika itu Witan baru saja turut berperan mengantarkan Indonesia menjuarai Piala AFF U-22.
Nah, kalau dalam dua leg final berhasil mengatasi Thailand dan mengantarkan Garuda —julukan timnas Indonesia— juara, giliran Witan yang akan dihadiahi Gubernur Sulteng Rusdy Mastura yang dulu juga pesepak bola. ”Saya akan berikan rumah kepada Witan jika juara (Piala AFF 2020),” kata Cudi, sapaan akrab Rusdy Mastura, saat menyaksikan final Piala Suratin 2021 di Lapangan Faqih Rasyid, Palu.
Witan jarang pulang kampung karena kesibukan bersama klubnya di Serbia sebelum kemudian pindah ke Polandia, termasuk di timnas. Kali terakhir dia mudik pada Agustus tahun ini. Tiap berkesempatan ke Palu, dia tak pernah lupa membawa buah tangan berupa jersey.
Kategori :