Radartasik, Perusahaan Minyak dan Gas Alam India (ONGC) sedang mempertimbangkan untuk membeli saham tambahan di ladang minyak dan gas Rusia dari perusahaan-perusahaan Barat yang berencana untuk meninggalkan negara itu menurut laporan Economic Times (ET)mengutip orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.
Langkah itu dilakukan bahkan ketika tawaran pertama perusahaan India untuk 50% saham Shell di ladang minyak Salym di Siberia belum diterima, kata sumber tersebut.
“Perang tidak akan berlangsung selamanya, begitu juga sanksinya. Kita harus bergerak untuk mengamankan pasokan energi kita,” kata salah satu sumber dan menambahkan, “Kami memahami risikonya dan kami bersedia mengambil risiko.”
ONGC sedang mempertimbangkan untuk mengajukan penawaran untuk 30% saham ExxonMobil di proyek Sakhalin 1 Rusia dan 27,5% saham Shell di proyek Sakhalin 2. Mereka dikethui sudah memiliki 20% saham di Sakhalin 1.
Sumber tersebut mengungkapkan bersama dengan perusahaan India lainnya, ONGC juga telah mengadakan diskusi awal tentang potensi akuisisi 20% saham BP di Rosneft Rusia.
Perusahaan minyak besar Barat seperti BP, Shell dan ExxonMobil baru-baru ini mengumumkan niat mereka untuk keluar dari operasi minyak dan gas mereka di Rusia karena sanksi Barat.
Hal itu membuat India terus membeli minyak Rusia selain mencari membeli saham di aset Rusia dengan harga diskon, mengingat risiko yang dihadapi.
Namun salah satu sumber yang dikutip oleh ET mengatakan “membeli minyak mentah Rusia adalah satu hal. Jika sanksi semakin intensif, Anda dapat mengembalikannya hanya dalam beberapa bulan. Tetapi berinvestasi di hulu dapat memiliki dampak yang lebih dalam, termasuk reaksi yang lebih keras dari Barat.”
BACA JUGA:India Melarang Ekspor Gandum
Sebelumnya Shell telah mengumumkan bahwa mereka akan segera menghentikan semua pembelian spot minyak mentah Rusia, keputusannya untuk " menarik diri dari keterlibatannya dalam semua hidrokarbon Rusia karena serangan Moskow di Ukraina.
Shell menjadi yang terbaru dalam daftar perusahaan asing yang mengumumkan kepergian mereka dari pasar Rusia sejak serangan militer dimulai pada 24 Februari.
"Shell plc (Shell) hari ini mengumumkan niatnya untuk menarik diri dari keterlibatannya dalam semua hidrokarbon Rusia, termasuk minyak mentah, produk minyak bumi, gas dan gas alam cair (LNG) secara bertahap, selaras dengan pedoman pemerintah yang baru," kata perusahaan dalam sebuah pernyataan .
Sejalan dengan keputusan itu, Shell tidak hanya akan menghentikan semua pembelian spot minyak mentah Rusia tetapi juga akan menutup stasiun layanan, bahan bakar penerbangan dan operasi pelumas.
Raksasa minyak itu melangkah lebih jauh, dengan mengatakan bahwa keputusan sebelumnya untuk membeli 100.000 metrik ton minyak mentah Ural unggulan dari Rusia pekan lalu adalah sebuah kesalahan.
Pada tanggal 6 Maret lalu, Shell meminta maaf atas pembelian tersebut yang dilakukan dengan diskon besar-besaran, mereka lalu mengumumkan rencana untuk menyumbangkan keuntungannya ke dana yang membantu pengungsi Ukraina.
“Kami sangat menyadari bahwa keputusan kami membeli kargo minyak mentah Rusia untuk disuling menjadi produk seperti bensin dan solar bukanlah keputusan yang tepat dan kami maaf,” kata CEO Shell Ben van Beurden dikutip dari Russian Today.
Perusahaan mengakui bahwa mengubah rantai pasokan minyak mentahnya bisa memakan waktu berminggu-minggu untuk diselesaikan dan akan menyebabkan pengurangan produksi di beberapa kilang.
Shell juga telah mengumumkan mereka akan keluar dari usaha patungan dengan raksasa energi Rusia Gazprom. Itu berarti bahwa perusahaan akan menarik 27,5% sahamnya di fasilitas gas alam cair Sakhalin II, 50% sahamnya di Salym Petroleum Development dan usaha energi Gydan.
Perusahaan minyak tersebut juga mengatakan akan menarik diri dari proyek pipa gas Nord Stream 2 Rusia, di mana ia memegang 10% saham senilai sekitar $1 miliar.