Radartasik.com, PALEMBANG — Curhatan salah satu mahasiswi Universitas Sriwijaya (Unsri), Palembang di media sosial berbuntut panjang. Terlebih dalam curhatannya mahasiswi Unsri itu mengaku telah dicabuli dosen pembimbingnya.
Nah, belakangan dua mahasiswi Unsri lainnya mengaku mengalami nasih hampir serupa, yakni dicabuli dosen pembimbingnya. Hanya saja pelakunya berbeda. Dengan demikian, jumlah mahasiswi Unsri yang diduga menjadi korban pencabulan atau pelecehan seksual tersebut ada tiga orang, dengan pelaku lebih dari satu orang.
Informasi bertambahnya korban pelecehan seksual yang diduga dilakukan oknum dosen Unsri ini diungkap oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa (KM) Universitas Sriwijaya (Unsri).
Presiden Mahasiswa Unsri Sandi Dwiky, mengatakan mahasiswi yang curhat di media sosial merupakan mahasiswi salah satu fakultas di Kampus Unsri di Indralaya. Selanjutnya menyikapi curhatan mahasiswi yang viral tersebut pihaknya telah membentuk Satgas guna melakukan penyelidikan dan pengumpulan data.
“Setelah curhatan viral kemarin, kami membentuk Satgas hingga akhirnya kami mendapatkan identitas korban,” ucap Sandi seperti dilansir palpos.co.id, Kamis (18/11/2021).
Pasca BEM KM Unsri membentuk Satgas, dikatakan Sandi, pihaknya mendapatkan laporan dari dua mahasiswi yang mengaku jadi korban pelecehan oknum dosen Unsri.
“Pada Selasa (16/11/2021,red) lalu ada 2 korban lainnya yang melapor bahwa pernah mendapatkan perlakuan yang sama dari oknum dosen berbeda,” terang Sandi.
Saat ini pihaknya melalui Menteri Pemberdayaan Perempuan (PP) Syarifah, sudah berkomunikasi dengan ketiga korban. Tak hanya itu pihaknya juga telah melakukan pendampingan secara online dan offline.
Para korban juga lanjutnya telah menceritakan kasus yang mereka alami kepada koordinator program studi jurusannya. Untuk selanjutnya korban diminta membuat laporan tertulis. “Korban sudah menceritakan kasus ini kepada koorprodi jurusannya, membuat laporan secara tertulis atas tindakan pelecehan seksual yang dia alami (kepada dekan),” bebernya.
“Dan korban pertama telah memenuhi beberapa kali pemanggilan dari pimpinan fakultasnya (didampingi ibu korban), serta mendapatkan pendampingan dari ibu kajurnya (ketua jurusan),” sambung Sandi.
Selain membentuk satgas, BEM KM Unsri juga tengah berupaya mendesak rektorat untuk menjatuhkan sanksi yang setimpal kepada oknum dosen Unsri yang diduga melakukan pelecehan 5eksual kepada mahasiswi Unsri. Namun sejauh ini pihak rektorat terkesan menutup mata dan mendiamkan kasus tersebut.
“Kami sudah audensi dengan pihak rektorat, akan tetapi sejauh ini belum ada tanggapan dan kepastian terkait saksi yang diberikan,” akunya.
BEM pun kembali mengajukan permohonan audiensi lagi untuk mempertanyakan sikap rektorat terkait kasus tersebut. “Kita ajukan surat audensi kembali, namun selalu dilempar ke sana ke sini seperti main pimpong. Terakhir kami masukkan surat lagi, sampai saat ini belum ada tindaklanjutnya. Mereka berdalih sibuk karena mengurusi vaksinasi,” ucap Sandi.
Sandi mengklaim telah menerima surat kuasa dari pihak keluarga korban untuk mendampingi, mengawal, dan menyelesaikan kasus pelecehan seksual di kampus Unsri tersebut. “Baik keluarga korban maupun kita, belum melaporkan kasus ini ke pihak kepolisian, karena kita sedang berupaya agar kasus ini dapat terselesaikan internal Unsri. Agar oknum dosen itu dapat mendapatkan ganjaran setimpal sebagaimana mestinya,” tambahnya.
Sandi menegaskan pihaknya konsisten untuk memberangus, mengawal dan membersihkan oknum dosen Unsri yang telah meresahkan dan mencoreng nama baik almamater. “Kita mengajak pihak kampus untuk memberangus dan membersihkan predator 5eksual, agar kampus kita tetap bagus dan baik, serta tidak ada lagi hal serupa terjadi,” tutupnya.
Sementara pihak Rektorat Unsri Indralaya ketika dikonfirmasi awak media, semuanya sedang tidak ada di tempat. Melalui staf Humas Unsri Soyo mengatakan bahwa Rektor Unsri, Wakil Rektor I, II dan III sedang menghadiri pertemuan atau kunjungan dengan salah satu Universitas dari luar provinsi.
Kategori :