Pipih Suparmi Selalu di samping Kapolres saat Ekspos Kasus

Sabtu 13-11-2021,19:00 WIB
Reporter : tiko

Dengan gerakan tangan, bibir dan mata, seorang interpreter bisa membuka jendela wawasan kaum difabel. Profesi yang tergolong langka ini dipilih Pipih Suparmi, karena kecintaannya terhadap dunia pendidikan. 

Rezza Rizaldi, Kota Tasikmalaya
  
SAAT melihat televisi khususnya dalam tayangan berita, Anda akan melihat kotak kecil tambahan pada pojok bawah atau atas layar televisi. Orang yang menggerakan tangan, sedang menerjemahkan berita yang dibacakan news anchor. 

Mereka adalah interpreter atau penerjemah bahasa isyarat. Tujuannya, agar kaum tunarungu yang hanya mengandalkan indera penglihatan juga bisa mendapat akses informasi.

Polres Tasikmalaya Kota salah satunya yang kerap menggunakan jasa penerjemah ini. Setiap ekspos kasus, wanita satu ini kerap hadir di samping Kapolres Tasikmalaya Kota AKBP Aszhari Kurniawan. 

Perempuan berusia 29 tahun itu berdiri di samping kapolres karena mendapat tugas khusus. Yaitu, menerjemahkan apa yang disampaikan kapolres kepada wartawan, agar apa yang disampaikan bisa dipahami kaum tunarungu. 

"Jadi saya membantu kapolres dalam menyampaikan pengungkapan kasus. Karena katanya kalau rilis harus ada penerjemah untuk para disabilitas," ujarnya kepada radartasik.com, Sabtu (13/11/21).

Perempuan berkerudung ini jauh sebelum lulus S1 dari Universitas Islam Nusantara (Uninus) jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) sudah mendalami dunia Interpereter. "Kalau sehari-hari saya menjadi guru di Sekolah Luar Biasa (SLB) Yayasan Bahagia di Jalan Taman Pahlawan. Sudah 11 tahun," terangnya. 

Menjadi interpreter dalam tiap ekspos kasus di polres juga untuk anak-anak berkebutuhan khusus agar mengetahui apa yang disampaikan kapolres saat menyaksikan tayangan di televisi.

Pengalaman menjadi interpreter dalam kegiatan polres awal-awal sempat grogi dan takut salah. Karena berbeda dengan kebiasaan harian saat mengajar, yang dihadapi adalah anak-anak dan apa yang disampikan tentu saja tentang dunia anak. 

Sementara di Polres Tasikmalaya Kota, dirinya harus menyampaikan untuk khalayak, ditambah materi yang disampaikan adalah peristiwa hukum. 

"Namanya orang, kan ada kurangnya. Tapi ketika sama pihak humas polres terus dipanggil untuk ekspos, ya saya terus belajar melakukan berbagai penyesuaian," tambahnya.

Anak bungsu dari dua bersaudara ini tinggal di Gang Hasbuloh, Sindanggalih, Cilolohan, Kecamatan Tawang. Menurutnya, profesi intrepeter cukup menantang bahkan seru. "Serunya bukan membuat kita jengkel, tapi siswa itu terbatas jadi kita yang harus bisa meng-upgrade-nya agar siswa menjadi bisa," jelasnya.

Perempuan yang lulus sarjana 2014 ini sebetulnya sudah menggeluti duniua PLB sejak 2010. Sebelum kuliah, dirinya sudah memperlajari bahasa isyarat, bahkan magang di SLB. Kecintaannya terhadap dunia pendidikan cukup tinggi, bahkan dengan nalurinya hingga mengantarkan untuk belajar pada bahasa isyarat tersebut.  

"Ya sambil berjalan saja antara ngajar dengan kuliah," kenang lulusan sarjana tahun 2014 ini. (*)
Tags :
Kategori :

Terkait