radartasik.com, PANGANDARAN - Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) go global kini diandalkan jadi lokomotif pemulihan ekonomi nasional (PEN) di tengah pandemi Covid-19.
Salah satu UMKM yang masih menjalankan kegiatan ekspornya di tengah pandemi yakni Koperasi Produsen Mitra Kelapa (KPMK) Pangandaran. Hal itu tentu mendorong optimisme dunia usaha ke arah yang positif.
Ketua KPMK Pangandaran Yohan Wijaya Nurahmat (38) mengatakan, semangat pemberdayaan ekonomi bisa digali ketika kita jeli melihat potensi yang ada di sekitar atau lingkungan terdekat. Bahkan limbah bisa disulap menjadi pundi rupiah dan sumber devisa negara.
“Pangandaran kaya akan potensi alam. Selain pantainya yang indah, Pangandaran juga surganya pohon kelapa,” katanya kepada Radar, Kamis (11/11/2021).
Luas perkebunan kelapa di Pangandaran lebih dari 33.400 hektare. Kapasitas produksinya sekitar 1 juta butir per hari. Seluruh bagian kelapa ini menjadi sumber rupiah bagi masyarakat. Bahkan limbah sabut kelapanya kini jadi bahan baku produk ekspor.
Yohan menggerakkan masyarakat desanya untuk mengolah limbah sabut kelapa tersebut di bawah bendera KPMK Pangandaran di Desa Cintakarya Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran.
Dia sukses mengolah limbah sabut kelapa, yang diubahnya menjadi dua produk unggulan yakni cocopeat dan cocofiber. Cocopeat biasa digunakan sebagai media tanam tanaman organik, sedangkan cocofiber merupakan produk olahan serat tapas kelapa. Cocofiber digunakan industri otomotif part untuk bahan bantalan jok mobil, belt lading, peredam, pengganti kom hingga pembuatan matras, tali, kasur, sofa di beberapa perusahaan Tiongkok Cina dan Jepang.
Di tahun 2016 cocopeat ini awalnya dinyatakan sebagai limbah yang meresahkan lingkungan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Pangandaran. “Awalnya kami juga mengolah kelapanya. Sabutnya ini menjadi limbah yang lama-lama menumpuk, biasanya kami bakar limbah tersebut,” katanya.
Ia pun berpikir keras untuk memanfaatkan limbah tersebut menjadi sesuatu yang bernilai jual. Barulah pada 2017 Yohan mulai mengolah sabut kelapa menjadi cocopeat dan cocofiber yang memang sangat dibutuhkan oleh industri di luar negeri.
Yohan mengatakan, potensi pasar limbah sabut kelapa ini sangat besar. Negara-negara seperti Cina dan Jepang yang kondisi alamnya kurang subur dan lahan tanahnya sudah sempit membutuhkan cocopeat sebagai media tanam pengganti tanah. Cocopeat ini memiliki daya serap air tinggi dan dapat menyimpan air dalam jumlah banyak. Begitupun cocofiber dibutuhkan untuk diolah menjadi tali, door-mate dan produk penunjang industri otomotif.
“Potensi ekspor sabut kelapa ini sangat besar, kebutuhannya 1.000 kontainer per tahun. Dari total permintaan pasar, baru 5 sampai 10 persen saja yang terpenuhi,” ujarnya.
Ia mengatakan, misi utama dirinya mengembangkan industri pengolahan sabut kelapa yaitu meningkatkan perekonomian masyarakat Desa Cintakarya Parigi Kabupaten Pangandaran.
DIBINA BI, KAPASITAS PRODUKSI MENINGKAT
Kategori :