Radartasik.com, SELAIN wisata ziarah Makam Walahir, di Desa Sukamulih terdapat wisata edukasi Sunda yang biasa disebut Galunggung Mandala Buleud.
Lokasinya berdekatan. Dari Walhir ke Mandala Buleud bisa tempuh dalam waktu lima menit menggunakan kendaraan pribadi.
Di Mandala Buleud berdiri bangunan-bangunan bergaya tempo dulu. Seperti leuit (lumbung padi), pabeasan (tempat menyimpan beras), lisung (alat menumbuk padi) dan sebagainya.
Kepala Desa Sukamulih R Tono Cahya Purnama berharap keberadaan wisata itu bisa mengedukasi tentang budaya Sunda buhun. Tentunya bisa ditingkatkan untuk menjadi pendapatan asli desa (PADes).
Objek wisata itu, ke depannya akan dibangun menjadi bumi perkemahan atau yang lainnya yang bisa dimanfaatkan dari sisi edukasi.
Untuk sementara, tiket ke Mandala Buleud belum ada. Namun, memang telah disediakan kotak bagi pengunjung yang mau memberi seakadarnya.
Di Galunggung Mandala Buleud ini ada spot foto, kolam renang anak, tempat berkumpul, untuk pengajian dan rapat. ”Musyawarah bisa dilakukan di tempat tersebut,” ucapnya.
Mandala Buleud merupakan objek wisata milik pribadi. Kepunyaan Suryatman. Ia mengembangkan tempat wisata ini karena ingin meneruskan cita-cita leluhur dalam menjaga adat dan budaya.
Di sini konsepnya seperti adat Sunda. Ada leuit tempat penyimpanan padi. Pabeasan tempat menyimpan beras. Saung lisung untuk menumbuk padi. Pawon merupakan dapur untuk memasak. Bale bentang tempat untuk musyawarah.
”Jadi ritual adat itu jangan sampai terputus, sehingga dapat diketahui oleh generasi penerus. Semoga apa yang kita laksanakan bisa sesuai dengan para orang tua atau leluhur dulu,” kata dia.
Pembangunan objek wisata Mandala Buleud, menurut dia, secara alamiah sehingga konsep wisatanya adalah alam.
Selain dari ritual adat, pihaknya juga berencana membentuk satu kampung budaya seluas satu hektare.
Suryatman menjelaskan awalnya tempat ini untuk merenung. Menenangkan pikiran. Tawasul. Tadabur alam.
Hanya saja, masyarakat banyak yang bermain ke sini. Ada yang botram. Olahraga senam. Pada akhirnya, sampah bertebaran di mana-mana. Tanaman banyak yang rusak.
Oleh sebab itu, ia melakukan pemeliharaan dan menjaga lingkungan dengan mengadakan kas bagi pengunjung. Sebab, hingga saat ini para pengunjung tidak dikenakan tiket masuk. Namun, pengunjung bisa memberi uang seikhlasnya.
”Wisata ini buka setiap hari, mulai dari pagi hingga sore hari. Biasanya hari Sabtu dan Minggu, pengunjung cukup membludak. Dengan adanya wisata yang baru dikembangkan beberapa bulan ini, diharapkan dapat menunjang ekonomi masyarakat,” ujarnya.
Dari Kota/Kabupaten Tasikmalaya, lokasi Makam Walahir hanya bisa dicapai dengan menggunakan kendaraan pribadi. Baik motor maupun mobil. Karena belum ada rute angkutan umum.
Kategori :