Emak-Emak Harus Ngirit, Harga Minyak Goreng Makin Mencekik

Kamis 28-10-2021,15:22 WIB
Reporter : ocean

Radartasik.com, JAKARTA — Kaum emak tampaknya harus lebih ngirit, jika tidak mau meminta tambahan uang belanja bulanan kepada suami. Karena, harga minyak goreng makin mencekik.

Hal itu dirasakan Rini Kurnia. Perempuan 36 tahun ini menyebutkan harga minyak goreng akhir-akhir ini melambung.

Dia mengatakan untuk minyak goreng kemasan bermerek terkenal seperti Sania dibanderol di atas Rp 32 ribu per dua liter.

”Cari yang termurah itu yang biasanya saya beli di atas Rp 30 ribu. Akhirnya beli yang satu liter dulu Rp 16.800 per pack,” ujar Rini kepada JPNN.com, di Jakarta, Kamis (28/10/2021).

Kenaikan harga juga membuat pedagang merasa kebingungan untuk mengambil margin. Salah satu pedagang sembako Ahmad (52) mengaku resah dengan kenaikan harga minyak goreng.

Saat ini, lanjut Ahmad, harga modal untuk minyak goreng curah sudah menyentuh level Rp 17.500 per kilogram.

”Paling bisa mengambil margin Rp 1.000 per kilogram, saya jual Rp 18.500 per kilogram,” kata dia.

Kemudian harga minyak kemasan per liter dengan merek biasa dijual dengan harga Rp 17.500 per liter, sedangkan modalnya Rp 16 ribu per liter.

”Sulit mengambil margin, itu hanya Rp 1.000 tidak menghitung tenaga mengemas dan juga plastik untuk membungkus,” beber dia.

Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri mengatakan harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan Kementerian Perdagangan untuk minyak goreng curah sebetulnya Rp 12 ribu hingga Rp 13 ribu per kilogram.

”Harga HET sudah tidak bisa diterapkan, terakhir itu harga segitu setengah tahun atau tahun lalu lah,” ungkapnya.

Dia juga menyatakan merangkaknya harga minyak goreng belum diperbaiki. ”Sampai detik ini belum ada tanda-tanda turun, malah di pasar di DKI Jakarta ada yang Rp 20 ribu, jadi persoalan sebetulnya,” kata dia.

Dia berharap Kemendag turun tangan mengatasi harga minyak goreng sebelum mencekik masyarakat. ”Jangan sampai ada spekulasi,” kata dia.

Dia juga mengusulkan adanya pertemuan stackeholder dalam penanganan minyak goreng. Karena, ada persoalan stok dan harga yang harus ditangani.

”Jadi ada data berapa stoknya dan berapa demand untuk mengatasi ke depannya. Bagaimana langkahnya,” ungkap dia.

IKAPPI juga meminta pemerintah berpikir jauh ke depan agar Indonesia sebagai negara produsen terbesar minyak sawit tidak kekurangan minyak goreng.

Tags :
Kategori :

Terkait