radartasik.com - MENTERI BUMN memang cerdas: memilih Pelita sebagai pengganti Garuda Indonesia —kalau memang diperlukan.
Mungkin itu tidak perlu.
Garuda akan baik-baik saja —sepanjang Pertamina terus memberi bahan bakar.
Tapi bayangkanlah bila Anda menjadi direksi Pertamina. Bawahan Anda sudah membuat laporan: bahan bakar yang belum dibayar Garuda sudah mencapai Rp12 triliun.
Bawahan Anda juga sudah membuat memo: apakah Pertamina akan terus mengirim BBM ke Garuda atau dihentikan?
Anda, sebagai direksi, pasti tidak akan mau lagi mengirim bahan bakar ke Garuda.
Kenyataannya Pertamina terus berbaik hati. Kalau bukan Pertamina tidak mungkin punya hati sebaik itu, mana ada perusahaan mau memberi pinjaman sampai Rp12 triliun.
Maka nyawa Garuda Indonesia sebenarnya ada di tangan Pertamina. Bukan di perusahaan penyewa pesawat di Amerika atau Eropa.