radartasik.com, TASIK - Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) menjadi beban bagi lembaga pendidikan madrasah yang tidak mempunyai sarana-prasarana (sapras) laboratorium komputer. Khususnya ANBK di tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI) kebanyakan digelar dengan menumpang ke sekolah lain.
“Kendala madrasah ketika menyelenggarakan ANBK rata-rata di sapras. MTs yang mempunyai laboratorium komputer hanya 40 persen dan MI hanya 10 persen,” kata Kepala Kantor Kemenag Kota Tasikmalaya Drs H Mohammad Ali Abdul Latief MAg kepada Radar, Senin (11/10/2021).
“Agar madrasah tetap mengikuti ANBK, meski terkendala sarana, bisa ikut menumpang di MTs atau MA terdekat,” ujarnya.
Harapannya setelah ANBK bisa menjadi penilaian khusus bagi madrasah yang kekurangan sarana prasarana.
“Ke depannya semoga mendapatkan perhatian dari pemerintah untuk mendapatkan bantuan sarana teknologi informasi dan komunikasi,” katanya.
Lebih dari itu, adanya ANBK bertujuan untuk mengukur literasi, numerasi dan survei karakter dengan melihat sikap dan kebiasaan. Kemudian melihat survei lingkungan belajar
“ANBK ini tujuannya mengukur mutu pembelajaran madrasah. Dengan begitu, punya analisis berkaitan perubahan harus seperti apa yang harus dilakukan madrasah,” ujarnya.
“Kita ikuti program ANBK dengan usaha dan siap melayani siswa walaupun belum memiliki komputer sejumlah 15 unit. Karena saya tidak mau ketinggalan, ANBK sangat perlu untuk menunjang kemajuan pendidikan,” katanya.
Di sisi lain, munculnya ANBK bagi madrasah yang belum memiliki sapras komputer atau laptop dapat menambah beban. Hal itu karena kemampuan madrasah berbeda-beda, seperti di MI Ciledug masih berkecukupan dan siswanya dengan kondisi menengah ke bawah.
“Oleh karenanya saya minta perhatian pemerintah terhadap kondisi madrasah yang kekurangan sarana komputer. Apalagi ANBK program pemerintah seharusnya mampu memberikan sarana ke madrasah,” ujarnya. (riz)