radartasik.com, TASIK — Angklung jadi salah satu budaya yang penting dilestarikan. Apalagi dunia internasional mengakui kekayaan alat musik tradisional Indonesia, khususnya dari Jawa Barat.
Oleh karenanya, untuk memperkuat kesenian dan kebudayaan tradisional, salah satunya lewat pendidikan. Dengan begitu siswa di sekolah bisa melestarikan alat musik tradisional tersebut secara berkelanjutan.
“Saya berkomitmen untuk menggiatkan alat musik tradisional angklung untuk semua kalangan. Khusus ke siswa, biasa yang saya latih angklung dari kelas 2 hingga kelas 5 agar bisa berkelanjutan,” katanya kepada Radar, Sabtu (9/10/2021).
Ia melihat perkembangan seni tradisional terutama alat musik angklung kini mulai pudar di kalangan generasi muda. “Musik angklung pada umumnya kurang diminati oleh generasi milenial sekarang. Salah satu usaha membangkitkan lewat pendidikan, kebetulan di daerah (Mugarsari, Red) saya terus memperjuangkannya dengan membentuk grup angklung di SDN Mugarsari,” ujarnya.
Terlebih di Kota Tasikmalaya, setiap SD harus memiliki inventarisasi angklung. “Namun, khusus di SDN Mugarsari setiap siswa memiliki angklung agar punya rasa memiliki,” katanya.
Dengan adanya seni musik tradisional seperti angklung banyak manfaatnya, sebagai pembentuk karakter untuk siswa. Musik angklung itu menyatukan kekompakan. Sebab angklung ini tidak bisa main sendiri atau dua orang, minimal ada satu oktaf yaitu 8 orang.
Angklung juga melatih kedisiplinan, ketika satu orang kurang teratur membuat musik kurang harmonis. “Nilainya bisa merawat kebersamaan dan kekompakan sehingga mampu menciptakan kekeluargaan dan solidaritas,” ujarnya.
“Apalagi seni musik angklung ini bisa dimainkan dari lagu sunda, dangdut hingga lagu barat,” katanya.
Dengan begitu dia sudah mahir memainkan angklung tersebut, dari lagu kebangsaan, lagu patriotik nasional, lagu daerah dan musik populer lainnya. “Saya bisa memainkan angklung lagu Indonesia Raya, Ibu Kita Kartini, Kopi Dangdut, Mojang Priangan, Tokecang dan salawatan,” ujarnya.
Dengan begitu, kesenian angklung bisa menjadi pilihan utama dalam rangka mengisi kegiatan-kegiatan sekolah ataupun lainnya. Contoh timnya menjadi tamu undangan dengan tampil di pembukaan lomba-lomba kesenian peringatan HUT PGRI ke-76 yang diselenggarakan PGRI Kecamatan Tamansari, Sabtu (9/10/2021).
“Penampilan grup kami mendapat apresiasi baik dari anak-anak, orang tua, dan guru lainnya. Apalagi lebih semangat ketika ada momentum pentas atau pertunjukan di acara-acara. Itu sebagai penghargaan atas latihan keras selama ini,” katanya.
Selain itu, dia akan mempersiapkan anak didiknya untuk meriahkan kegiatan Angklung Day bulan depan. “Hal ini agar angklung dihargai oleh masyarakat Kota Tasikmalaya,” ujarnya.
Pemain angklung Dila Fadilatul Karomah kelas 6 SDN Mugarsari menjelaskan, sejak dari kelas 3 senang menekuni alat musik tradisional angklung. “Senang bisa bermain angklung dengan teman-teman,” katanya.
Selain itu, agar kesenian angklung ini lestari, harus ada bentuk penghargaan dari pemerintah. Utamanya meminta adanya penyelenggaraan kesenian tradisional angklung di Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) minimal tingkat Provinsi Jawa Barat.
Kategori :