radartasik.com, TASIK - Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya merespons positif adanya survei lingkungan belajar dalam Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) untuk kepala sekolah dan guru di tingkat SD hingga SMP. Tujuannya memotret berbagai aspek yang terkait dengan lingkungan belajar di kelas maupun di sekolah,
Kepala Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya H Budiaman Sanusi SSos mengatakan, hal yang positif saat kepala sekolah dan guru mengikuti survei lingkungan belajar. Hal tersebut sebagai momentum refleksi diri dan memberikan profil satuan pendidikan dari input-proses-output.
Artinya, sambung H Budiaman, setiap jawaban yang dipilih kepala sekolah dan guru dapat menAcerminkan kondisi satuan penAdidikan sesungguhnya dan menAjadi informasi reflektif. Oleh karena itu perlu kejujuran, keaktifan serta kelengkapan dalam pengisian survei lingkungan belajar.
“Agar betul-betul memotret keadaan sekolah, diharapkan kepala sekolah dan guru menjawab dengan sejujur-jujurnya. Dengan begitu bisa mendapatkan data dan kondisi yang akurat,” ujarnya.
Sehingga hasil pengerjaan survei tersebut menjadi kunci kualitas informasi yang akan diterima oleh satuan pendidikan. “Nantinya survei tersebut menjadi bahan jalan keluar bagi sekolah dalam memperbaiki proses belajar-mengajar dengan benar dan aplikatif,” katanya.
Sebab, saat mengamati pertanyaan survei lingkungan belajar kebanyakan penyelesaian masalah dalam kegiatan belajar-mengajar dan aktivitas sosial di sekolah. Misal tentang pentingnya toleransi dan antisipasi tindakan bullying atau perundungan.
“Bagus adanya survei lingkungan belajar dengan begitu kepala sekolah dan guru dapat memperbaiki dan mengantisipasi hal-hal yang kadang-kadang menjadi penyakit dunia pendidikan. Penyakit yang seringnya dunia pendidikan adalah memotret kekerasan, perunAduAngan dan lainAnya, semoga bisa hilang,” ujarnya.
“Saya setuju adanya survei lingkungan belajar ini, karena sekolah itu bukan hanya transfer ilmu saja, tapi juga pembentukan karakter,” katanya.
Ia menjelaskan, konten dari survei lingkungan belajar ini seperti sosial ekonomi, iklim kebinekaan sekolah, iklim keamanan, kualitas pembelajaran dan pengembangan guru.
“Total pertanyaan ada 62 soal. Saya dan guru menjawab tentang bagaimana pemecahan masalah ketika adanya perundungan, gender, narkoba, kekerasan seksual, toleransi. Sebagai tindaklanjutnya ada pemetaan untuk perbaikan sebelah mana yang masih minim, akan diperbaiki,” ujarnya. (riz)