radartasik.com, TAWANG — Rencana Pemerintah Kota Tasikmalaya memiliki 11 ruang Modular Operating Theatre (MOT) nampaknya tidak bisa terpenuhi seluruhnya. Bahkan, kegiatan yang bersumber dari Bantuan Keuangan Provinsi Jawa Barat ini pun, terancam tidak direalisasikan apabila terdampak refocusing.
Sekretaris Daerah Kota Tasikmalaya, H Ivan Dicksan mengungkapkan alokasi bantuan senilai Rp 75 miliar yang diperuntukkan bagi pendirian 11 kamar kedap bakteri itu baru tuntas tahapan administrasi beberapa waktu ini.
”Kemarin sudah beberapa kali menempuh perbaikan administrasi, dan informasinya hari ini (kemarin, Red) sudah masuk ke bagian barang jasa untuk dilelangkan,” tuturnya kepada Radar, Kamis (7/10/2021).
Ivan menjelaskan pihaknya belum menerima informasi resmi dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Terkait kegiatan mana saja yang bersumber dari bantuan keuangan provinsi, yang akan dicancel. “Jadi kewajiban kita pemerintah daerah ya melaksanakan saja dulu, ketika berkas sudah lengkap dan siap, dilelangkan saja,” katanya.
Namun, lanjut dia, proyek yang akan dikerjakan terlebih dahulu senilai Rp 33 miliar itu sangat bergantung kepada kebijakan Pemprov, ketika ini dinilai dapat dirasionalkan untuk tidak dieksekusi tahun ini.
Dia berharap para peserta lelang memahami ketika kontrak otomatis dibatalkan. “Sekarang kita sedang kirim ke sana kegiatan-kegiatan yang bersumber dari banprov, nanti disortir dan mungkin dipertimbangkan dari sisi kemanfaatan, urjensi, mana yang dicancel atau dilanjutkan,” tutur dia.
Ivan berharap kepastian refocusing bisa diketahui sebelum kegiatan pendirian MOT berjalan. Supaya tidak ada risiko besar bagi peserta lelang, apalagi ketika sudah terbangun kontrak kerjasama pelaksanaan kegiatan, pekerjaan mulai dilaksanakan tiba-tiba ditarik dananya oleh provinsi.
Di sisi lain, ia mengakui Kota Tasikmalaya sudah waktunya memiliki MOT, dalam mendukung penanganan-penanganan bedah yang dilakukan para dokter agar semakin meningkat. Supaya tidak terlalu sering masyarakat berangkat ke luar daerah lantaran fasilitas kesehatan dalam kota belum lengkap.
“Karena kita juga daerah rujukan sebetulnya, RSUD dr Soekardjo kan sering menangani juga pasien-pasien dari daerah sekitar, jadi kalau di sini bisa tertangani dengan fasilitas yang lengkap dan mumpuni, mengurangi beban keluarga pasien dalam memberikan perawatan di dalam kota,” harap dia.
Sementara itu, berdasarkan penayangan lelang di website LPSE Kota Tasikmalaya, kegiatan Pembuatan Ruang MOT Pada Gedung Tulip RSUD dr Soekardjo, kegiatan tersebut tidak direalisasikan secara penuh di angka Rp 75 miliar melainkan Rp 33 miliar lebih. Kegiatan pembuatan ruang bedah itu, rencananya akan direalisasikan hanya 5 ruangan saja dari total 11 ruangan yang direncanakan. Informasi yang dihimpun Radar, lelang pekerjaan yang semula diperuntukkan dilaksanakan di lantai 4 dan 5 gedung tulip RSUD, hanya direalisasikan di lantai 5 saja.
Lantaran pihak Inspektorat dan aset tidak merekomendasikan pelaksanaan dikerjakan saat ini, dikarenakan baru tuntas masa pemeliharaan beberapa bulan lalu. Sehingga lantai 4 gedung tulip RSUD, tidak direkomendasikan untuk dilaksanakan kegiatan peningkatan kamar operasi biasa menjadi MOT.
Terpisah, Kepala Bagian Barang dan Jasa Setda Kota Tasikmalaya Budi Martanova menuturkan pihaknya sudah menayangkan sejak Kamis sore (7/10/2021), setelah berkas usulan pelelangan disampaikan pihak rumah sakit secara lengkap di hari tersebut.
Sebelumnya diberitakan, selain dikejar waktu, pelaksanaan pengadaan alat kesehatan (alkes) pada proyek modular operating theatre (MOT) di RSUD dr Soekardjo. Dituntut akuntabel dan transparans dalam proses pengadaannya.
Kategori :