radartasik.com, CIHIDEUNG — Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Tasikmalaya belum berani mengubah manajemen lalu lintas di Jalan Pasar Wetan. Pasalnya, jalur tersebut dianggap memiliki banyak penghambat untuk diberlakukan dua jalur.
Kepala Bidang Lalu Lintas Dishub Kota Tasikmalaya Gumilar menjelaskan bahwa Jalan Pasar Wetan sudah beberapa kali mengalami perubahan. Terakhir diubah yakni di awal-awal masa kepemimpinan Budi-Yusuf tahun 2018. “Sebelumnya juga pernah diubah, di situ sudah beberapa kali diterapkan dua arah,” ungkapnya saat dikonfirmasi Radar, Selasa (14/9/2021).
Disinggung soal kepadatan yang sering terjadi di jalan Sukalaya, Gumilar tidak memungkirinya. Namun hal itu sulit dihindari karena area tersebut merupakan jalur alternatif terdekat. “Itu efeknya, karena alternatifnya kalau tidak ke Jalan Gunung sabeulah ya ke jalan Sukalaya,” terangnya.
Ada beberapa kendala untuk menerapkan kembali jalan tersebut dua jalur. Di antaranya yakni aktivitas bongkar muat barang di depan toko-toko, pedagang kaki lima (PKL) serta pengendara yang parkir sembarangan. “Belum lagi becak juga lewat sana,” tuturnya.
Selain itu, jalur tersebut pun memiliki penyempitan di persimpangan jalan Pasar Kidul. Ditambah area itu memiliki banyak persimpangan yang tentunya menghambat arus.
Dishub sempat ingin menerapkan dua arah dari persimpangan Jalan Pasar Kidul sampai Yudanagara. Akan tetapi perlu ada jalur pengalihan yakni jalan pasar rel. “Kondisi pasar rel kan begitu (Dipenuhi pedagang), jadi tidak bisa,” tutur Gumilar.
Pantauan Radar, rambu verboden di jalan Pasar Wetan sendiri seolah tidak berlaku untuk sebagian pengendara. Selalu saja ada yang menerobos rambu tersebut.
Di tahun tersebut Dinas Perhubungan Kota Tasikmalaya memasang rambu verboden di persimpangan Jalan Paswet-Yudanegara. Jalur satu arah diberlakukan mulai pukul 06.00 sampai 18.00.
Jalur satu arah itu mulai dikeluhkan pasca pemberlakuan ganjil genap di Jalur HZ Mustofa. Karena sebagian pengendara dari Jalan dr Soekardjo harus berputar ke Jalan Sukalaya untuk menuju Kalan Paswet.
Seperti yang diutarakan Hibban Syahidan (22), pekerja yang berdomisili di Jalan Mitrabatik menilai penerapan jalan satu arah Pasar Wetan tidak efektif. Hal itu semakin terasa ketika Jalan HZ Mustofa diterapkan sistem ganjil genap. “Ribet saja harus muter,” terangnya.
Menurutnya, akan lebih baik jika jalan tersebut kembali menerapkan lalu lintas dua arah. Itu akan memudahkan mobilitas masyarakat, khususnya pengguna kendaraan bermotor. “Memang kalau dijadikan dua jalur, sisi negatifnya apa,” katanya.
Hal serupa diungkapkan Rohmat Solehudin (37), yang menilai pemberlakuan jalur satu arah di Jalan Pasar Wetan tidak efektif. Pasalnya, tidak sedikit pengendara yang menerobos rambu verboden. “Meskipun diterobos, sepertinya tidak ngefek apa-apa,” ucapnya.
Meskipun sebagian pengendara kerap menerabas verboden jalan Pasar Wetan, banyak juga mereka yang tertib dan memilih jalur memutar menuju Jalan Sukalaya. Efeknya, jalan sempit itu kerap mengalami kepadatan.
Kategori :