radartasik.com, CIAMIS — Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis belum bisa memastikan penyebab meninggalnya pelajar SMK Galuh Rahayu, Cahoyono warga Kecamatan Sindangkasih. Walaupun menurut keluarga, korban meninggal setelah mengikuti vaksinasi Covid-19.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis Harun Al Rasyid mengatakan, pihaknya sudah mendapatkan informasi adanya pelajar yang meninggal setelah mengikuti vaksinasi massal. Namun, kebenaran penyebabnya karena vaksinasi belum bisa dipastikan. “Kami belum bisa memastikan penyebab meninggalnya siswa tersebut (apakah karena vaksinasi atau ada penyakit bawaan, Red),” ujarnya kepada Radar, Minggu (5/9/2021).
Ketika melakukan asesmen kepada keluarga korban, kata dia, orang tuanya menyebutkan bawha korban mempunyai riwayat penyakit lambung. Namun, keluarga juga melihat sebelum korban meninggal mengalami kejang-kejang. Di mana pagi hari, tepatnya pada Rabu (1/9/2021) sudah mengikuti vaksinasi massal. “Kegiatan vaksinasi ini digelar oleh Dokkes Polres Ciamis dan kejadian ini pun sudah ditangani,” kata dia, menambahkan.
Sebelumnya, Cahyono (17), siswa kelas II SMK Galuh Rahayu Kecamatan Sidangkasih meninggal dunia setelah mengikuti vaksinasi, Rabu (1/9/2021).
Anak dari pasangan Nono (40) dan Ani Anggareni (39), warga Sukamanah Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis ini mengikuti vaksinasi pada Rabu (1/9 ) sekitar pukul 16.00 di SMAN 1 Sindangkasih, kemudian pada Kamis (2/9) subuh meninggal dunia.
Nono mengatakan, anaknya meninggal selang satu hari setelah divaksin. Bahkan, sebelum meninggal ada beberapa gejala yang dikeluhkan anaknya. “Iya malam harinya dia lemas dan sempat ada kejang, kemudian dini hari atau subuh meninggal dunia,” kata dia, kepada Radar, Jumat (3/9/2021).
Menurut Nono, memang anaknya mempunyai keluhan lambung dan sering pusing. Namun, dia tetap mengikuti vaksinasi untuk bisa tetap belajar tatap muka di sekolah. “Karena kata anak saya kalau tidak divaksin harus daring sekolahnya, itu kata sekolah. Karena anak saya ingin sekolah tidak mau daring jadi divaksin, entah takut tidak sekolah tatap muka atau gimana,” ujarnya, menjelaskan.
Lanjut dia, ketika vaksinasi terhadap peserta didik itu SOP tetap dijalankan dengan baik. Mulai dari pemeriksaan kesehatan dan lain, banyak siswa yang tidak lolos pemeriksaan awal dan tidak bisa divaksin.
“Namun yang bersangkutan (korban. Red) divaksin. Kami tidak ada paksaan sedikit pun, bahkan banyak siswa yang tidak mau pada pulang. Sda sekitar 364 siswa dan yang lolos sekitar 300 orang,” ujarnya, menjelaskan. (isr)