radartasik.com, BANJAR - Dalam rangka menggali potensi dan melestarikan Adat Istiadat dan Budaya Desa Balokang, melalui Daya Desa, perlu didukung seluruh stakeholder.
"Sehingga tercipta rasa memiliki, menghargai, menghormati dan gotong royong. Istilah sundanya, silih asah, silih asih dan silih asuh," kata Penggiat Budaya Kota Banjar Alfin Nurhadi kepada radartasik.com, Minggu (05/09/21).
Salah satunya, terang Alfin, dengan mengenal asal usul tempat dan wilayahnya. Nama Desa Balokang asal mulanya dari kata Balukang.
Yang artinya, salah satu jenis dari bagian pohon kelapa. Yaitu, pelapah kelapa yang sering digunakan untuk kayu bakar.
"Kenapa dinamakan Balukang? Karena diwilayah Sukapura, Kabupaten Tasikmalaya bagian sebelah timur subur dengan pohon kelapa dan rawa-rawa," jelasnya.
Dengan perbedaan dialek bahasa antara Sukapura Barat dan Sukapura Timur yang bercampur dengan suku Jawa maka nama Balukang menjadi Balokang.
Pada zaman dahulu ada yang disebut dengan wilayah Ranca Panggang, Ranca Gede, Ranca Kuul.
"Sebuah wilayah rawa yang cukup luas, dengan potensi pemanfaatan sekarang ini menjadi sebuah persawahan yang luas," ucapnya.
Lanjut dia, akan tetapi yang masuk ke wilayah Balokang pada saat ini hanya tinggal Ranca Kuul dan sebagian Ranca Panggang.
Lantaran, pada kisaran tahun 1979 adanya pemekaran wilayah Desa Balokang wilayah bagian utara yaitu Desa Cibeureum saat ini.
"Ranca Kuul merupakan kata sebutan masyarkat dari kata kuul, artinya binatang kuul sejenis keong dengan ukuran sebesar buah kelapa," ujarnya.
(anto sugiarto/radartasik.com)