Radartasik.com, SURABAYA - Mereka yang berusia di atas 50—59 tahun termasuk kelompok lansia yang dianggap cukup rentan terpapar Covid-19 hingga kondisinya bisa fatal. Sementara itu, hampir mayoritas guru di sekolah saat ini berusia di atas 50 tahun.
Melihat kenyataan tersebut pihak sekolah pun berupaya keras untuk mengatur situasi dan kondisi selama pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas untuk jenjang SD maupun SMP. Hal itu seperti dilakukan oleh SMPN 6 Surabaya.
Kepala SMPN 6 Surabaya Ahmad Sya'roni mengatakan bahwa mayoritas guru di sekolahnya berusia di atas 50 tahun. Total ada lebih dari 20 guru yang memasuki masa pralansia. Sementara itu, guru usia di bawah 50 tahun hanya 15 orang.
”Belum terhitung dengan tenaga kependidikan (tendik). Bisa lebih dari 30 orang yang usianya di atas 50 tahun. Saya juga termasuk guru di atas 50 tahun,” katanya seperti dilansir Jawa Pos, Jumat (03/09/2021).
Sya'roni menuturkan, jika dalam pelaksanaan PTM terbatas guru yang diizinkan mengajar berusia di bawah 50 tahun, sekolah akan kekurangan pengajar. Pembicaraan soal umur yang disarankan untuk mengajar hingga kini belum dibahas.
”Kami menunggu informasi dari satgas Covid-19 dulu dan kerja sama dengan dinas pendidikan dan dinas kesehatan,” ujarnya.
Selama ini dengan adanya kebijakan PTM terbatas, lanjut dia, banyak warga yang menganggap membahayakan anak-anak. Padahal, hal itu juga membahayakan kondisi guru usia di atas 50 tahun. Anak-anak justru memiliki imunitas tinggi dan sering merasa tidak sakit. Namun, mereka bisa berpotensi menularkan kepada orang yang lebih tua. ”Kami sendiri juga takut,” kata dia.
Sya'roni menambahkan, saat ini guru yang belum mendapatkan vaksin dosis lengkap dilarang untuk mengajar tatap muka. Meskipun usianya di bawah 50 tahun. Sebab, dalam pelaksanaan PTM terbatas, keselamatan guru harus diutamakan.
”Sebenarnya, idealnya guru yang bisa mengajar tatap muka berusia di bawah 50 tahun,” ujarnya.
Wakil Kepala SMPN 39 Surabaya Bidang Kehumasan M. Rizal mengatakan, guru usia di atas 50 tahun di sekolahnya sudah diatur tidak mengajar tatap muka. Meski begitu, mereka tetap masuk ke sekolah dan bertugas sebagai pengatur kedisiplinan siswa, mulai masuk gerbang hingga kelas.
”Yang mengajar di kelas yang muda-muda. Yang usia di atas 50 tahun memantau dan memastikan siswa yang masuk sesuai protokol kesehatan,” kata dia.
Sementara itu, Kepala SD Islam Terpadu At Taqwa, Wiyung, Mamik juga menginstruksikan kepada tenaga pengajar yang belum mendapatkan vaksin dosis lengkap untuk bekerja dari rumah. Total tenaga pengajar hingga staf mencapai 80 orang. Lebih dari 50 persen sudah tervaksin dosis lengkap.
”Kami sudah meminta ke puskesmas untuk segera diberikan vaksin. Kami masih menunggu sampai saat ini,” ujarnya kemarin.
Mamik menyebutkan, pihaknya tidak memiliki tenaga pengajar berusia lanjut atau warga senior. ”Para guru pun diminta menjaga kesehatan. Jika merasa tidak enak badan, sebaiknya istirahat,” ujar dia. (jpc)