radartasik.com, CIHIDEUNG — Ketika persekolahan memulai aktivitas pertemuan tatap muka terbatas (PTMT), tidak semua kalangan pelajar dan orang tua menyambutnya dengan antusias. Mengingat selama proses belajar mengajar secara daring kerap menuai keluhan lantaran kurang optimalnya proses pembelajaran.
Berbeda dengan para siswa di SDN 2 Tugu Blok Gunung Jambu Kecamatan Cihideung, saat pertemuan tatap muka dimulai mereka harus menelan pil pahit. Ketika akses jalan masuk ke kawasan sekolah yang biasanya bisa dilewati melalui Jalan Mayor Sl Tobing, mesti memutar arah dan cenderung lebih jauh. Melalui Jalan KH Lukmanul Hakim kemudian masuk menelusuri gang lingkungan satu arah dari samping Masjid Al-Barokah Cipicung, berjarak sekitar 70 meter ke arah belakang halaman sekolah.
Merespons hal tersebut, Wakil Ketua DPRD Kota Tasikmalaya Muslim MSi berencana mengupayakan pembebasan lahan dari Jalan Mayor SL Tobing ke arah sekolah. Sebab, setelah pemilik lahan yang semula mempersilakan pihak sekolah menggunakan akses, kini sudah membentengnya dan menyulitkan siswa dari arah Sambong maupun Padayungan melalui rute biasanya.
“Informasi memang sudah dengar dari beberapa bulan lalu, kami pikir pihak dinas sudah menindaklanjuti. Ternyata masih dengar saya laporan dan banyak orang tua, siswa bahkan pihak sekolah juga mengeluhkan kondisi ini,” papar Muslim saat meninjau lokasi, Senin sore (30/8/2021).
”Semoga pemilik lahan di area ini bisa memahami, sebab akses ini diperlukan supaya pembelajaran anak-anak kita optimal dan nyaman,” harap Koordinator Komisi III tersebut.
“Hanya memang kasihan siswa yang datang dari Sambong, Padayungan dan sekitarnya, itu mesti memutar dulu kalau SL Tobing masih ada akses kan memudahkan bagi mereka,” ungkap Sri. (igi)
Menurut dia, pemilik lahan yang semula areanya digunakan untuk akses siswa ke sekolah, menyisakan ruang sekitar setengah meter untuk para siswa melintas. Sayangnya, di area depan juga pemilik lahan lainnya memanfaatkan lahan sehingga, kendaraan tidak bisa masuk langsung tepat di halaman sekolah.
”Kami akan berjuang untuk ajukan pembelian tanah untuk akses jalan dari SL Tobing ke SD ini, kami akan koordinasi dengan sekolah, kelurahan termasuk TAPD supaya melakukan pembebasan lahan misalnya 1,5 meter kali 80 meter ya mungkin hanya 140 meter persegi. kalau nilai pasaran Rp 30 atau Rp 40 juta paling Rp 400 juta,” tuturnya mencontohkan.
Ketua DPC PDI-Perjuangan Kota Tasikmalaya itu merasa miris dengan kondisi sekolah yang sejatinya diharapkan menjadi sarana pembinaan generasi. Ketika dua tahun kurang diterpa pandemi sehingga proses pembelajaran dilakukan di rumah, di saat Covid-19 mereda dan tatap muka bisa diselenggarakan malah para siswa menghadapi kesulitan lain.
Sementara itu, Kepala SDN 2 Tugu Sri Mulyani mengakui banyaknya komplain dari orangtua dan murid. Dimana, selama kondisi normal, siswa mau pun orangtua yang melakukan antar jemput ke sekolah biasa dengan mudah mengakses jalur melalui Jalan SL Tobing.
”Guru-guru juga bawa kendaraan harus memutar, bahkan kemarin sudah ada guru kami dua kali jatuh karena akses lewat jalan belakang sekolah itu masih tanah dan hanya bisa dilalui secara aman dengan jalan kaki,” keluh dia.
Menurut dia, 167 murid dan 10 guru yang beraktivitas di sekolahnya, memerlukan akses memadai dalam memudahkan kegiatan belajar mengajar. Saat ini, sudah mengajukan proposal supaya lahan dibelakang sekolah milik beberapa warga setempat bisa dibangunkan akses yang memadai.
“Alhamdulillah ada beberapa warga disini mau hibahkan lahannya demi aksesibilitas siswa dan para guru yang beraktivitas di SDN 2 Tugu. Kami tinggal menunggu semoga secepatnya direalisasikan pembangunan jalan memadai, sebab informasi usulannya sudah diterima Kepala Dinas Pendidikan,” harapnya.
Namun, lanjut Sri, idealnya jalan utama dari SL Tobing pun bisa turut serta dicarikan solusi. Meski pada prinsipnya kegiatan belajar mengajar bisa tetap optimal ketika siswa atau orang tua mengakses jalan menuju sekolah lewat halaman belakang.