radartasik.com, CIHIDEUNG — Kondisi Jalan Cihideung yang tidak berubah diAangAgap karena peAnertibAan diAlakukan penuh keAraguan.
Hal itu, berdampak pada kekecewaan masyarakat yang sudah berharap lebih kepada Pemerintah Kota Tasikmalaya.
Menurut Muslim, hal tersebut kaArena penertiban diAlakukan secara raAgu. Sehingga DiAnas KUMKM Kota Tasikmalaya dianggap tidak serius soal penataan di kawasan tersebut. “Harusnya jangan ragu-ragu, kalau tidak mau diragukan masyarakat,” terangnya.
Dengan kondisi ini, dia pun merasa ragu dengan penataan HZ Mustofa dan Cihideung Tahun 2022 mendatang akan sesuai ekspektasi. Di mana konsep area tersebut akan dibuat mirip Jalan Malioboro. “Khawatirnya konsep Malioboro, realisasinya malah jadi Kojengkang,” ujarnya menyindir.
Jika memang masih berproses, kata Muslim, masyarakat harus diajak bicara supaya paham dan punya kesempatan memberi masukkan. Karena baik dan buruknya penataan, yang paling terkena dampak adalah mereka. “Masyarakat bukan hanya penonton, jadi harus diajak bicara juga,” katanya.
Sementara itu, Warga Cihideung kini sudah membentuk Forum Peduli Cihideung (FPC) yang dikoordinir Ketua RW setempat, Baban Sobandi. Mereka merencanakan audiensi ke DPRD untuk menuntut penataan yang optimal.
Sekretaris FPC Edi Kurniawan mengatakan rencana audiensi tersebut, karena warga masih mempertanyakan soal penataan dari pemerintah. Penertiban kemarin tidak membuat perubahan signifikan dan tetap memperlihatkan semrawutnya pusat kota. “Warga memandang hasil penertiban masih tetap begitu saja tidak ada perubahan,” terangnya.
Sebelumnya diberitakan, penertiban yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Tasikmalaya dinilai tidak mengubah kondisi Jalan Cihideung menjadi lebih baik. Pasalnya, perbedaannya cenderung lebih kepada jumlah gerobak yang sedikit berkurang.
Pantauan Radar, perbandingan kawasan Cihideung sebelum dan sesudah penertiban terdapat beberapa perbedaan. Di antaranya beberapa gerobak yang sudah tidak ada, dan sebagian lapak yang tidak lagi tertutup terpal.
Masyarakat pun menilai penertiban yang sudah dilakukan belum membuat jalur tersebut tertata rapi. Gerobak yang berjejer masih menjadi pemandangan rutin meski aktivitas berjualan PKL sudah selesai.
Ketua RT 03 Jalan Cihideung, Suyan Karliman mengatakan tidak banyak yang berubah di Jalan Cihideung. Karena upaya penataan yang dilakukan pemerintah tidak tuntas. “Kita lihat masih ada beberapa gerobak yang tidak dipakai dagang,” ujarnya kepada Radar, Kamis (26/8/2021).
Salah seorang warga sekitar Cihideung, Wisnu Komara mengatakan efek dari penertiban memang ada sedikit perubahan di sore hari. Tapi persoalannya gerobak masih menetap selama 24 jam. “Terpal-terpal masih terpasang,” terangnya.
Dia berharap upaya penataan dan penertiban dari pemerintah tidak nanggung. Supaya bisa memberikan manfaat secara maksimal kepada masyarakat. ”Ya kalau begini bingung, mau mengapresiasi tapi masih begitu-begitu saja kondisinya,” tuturnya. (rga)