Radartasik.com, JAKARTA — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak Pemerintah China agar mau membagikan data mentah kasus awal Covid-19 untuk mendukung penyelidikan asal pandemi.
Pembukaan data itu juga untuk mengatasi teori kebocoran laboratorium. Badan kesehatan PBB itu juga meminta semua negara untuk mendepolitisasi pencarian asal-usul pandemi.
Pasalnya, sejak pertama kali terdeteksi di Kota Wuhan, China, pada Desember 2019, pandemi Covid-19 telah menewaskan sedikitnya 4,3 juta orang dan menghancurkan ekonomi global.
”Akses ke data sangat penting untuk mengembangkan pemahaman kita tentang sains dan tidak boleh dipolitisasi dengan cara apa pun,” tulis WHO dalam pernyataan resminya yang dilansir AFP, Jumat (13/08/2021).
Sebelumnya, WHO mengirim tim ahli internasional ke Wuhan pada awal tahun ini. Dalam laporan fase pertama yang ditulis WHO bersama rekan-rekan dari China, virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19 kemungkinan besar menular dari kelelawar ke manusia melalui perantara hewan.
”Saat ini, WHO bekerja dengan beberapa negara yang melaporkan deteksi SARS-CoV-2 dalam sampel dari spesimen biologis yang disimpan dari 2019,” ujarnya.
Di Italia sendiri, WHO memfasilitasi evaluasi independen oleh laboratorium internasional atas temuan salah satu penelitian tersebut. Penelitian mencakup pengujian ulang sampel darah pra-pandemi secara buta.
”Berbagi data mentah dan memberikan izin untuk pengujian ulang sampel di laboratorium di luar Italia mencerminkan solidaritas ilmiah yang terbaik dan tidak berbeda dengan apa yang kami dorong semua negara, termasuk China, untuk mendukung,” tuturnya.
Menolak
Namun Pemerintah China dengan tegas menolak desakan WHO untuk membuka data mentah terkait asal-usul Virus Corona yang memicu pandemi Covid-19 global.
Wakil Menteri Luar Negeri China Ma Zhaoxu menegaskan penyelidikan WHO dan Beijing pada awal tahun ini sudah cukup, jadi tak perlu lagi menelisik data mentah.
”Kesimpulan dan rekomendasi dalam laporan bersama WHO dan China sudah diakui komunitas internasional dan komunitas sains,” kata Ma dikutip AFP, Sabtu (14/08/2021).
China mengklaim hasil riset itu sudah cukup untuk melakukan penelitian lanjutan. Justru mereka menganggap permintaan untuk membongkar data mentah lagi merupakan upaya berbau politik.
”Kami menolak penyelidikan politis yang mengabaikan laporan bersama tersebut. Kami hanya mendukung penelusuran ilmiah,” tegasnya.
China dan tim WHO memang sudah menggelar penyelidikan di Wuhan pada awal tahun ini. Kesimpulan riset itu menganggap virus hampir tak mungkin berasal dari laboratorium di Wuhan. (der/fin)