Radartasik.com, JAKARTA — Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) Tungkot Sipayung menjelaskan saat ini black compiegne (kampanye hitam) terhadap sawit terus terjadi.
Kampanye hitam ini disebarkan karena ada kekhawatiran produsen minyak nabati non sawit seperti minyak kedelai dan bunga matahari sulit bersaing dengan produktivitas minyak sawit.
”Saat ini kelapa sawit dan kehutanan diserang kampanye hitam karena menggunakan isu yang mengada-ada dan berlebihan. Beragam isu tadi harus diwaspadai karena dapat menekan daya Indonesia di pasar internasional,” kata dia, Selasa (27/07/2021).
Menurut Tungkot, tekanan kampanye hitam kepada daya saing komoditas-komoditas unggulan ditujukan untuk aspek selera atau permintaan konsumen dan biaya pokok produksi.
”Harus diingat faktor selera masyarakat dan biaya pokok produksi ini menjadi jantung daya saing. Kampanye hitam berupaya menghantam melalui dua faktor tadi,” ujarnya.
Terlebih lagi, kata dia, pola dan isu kampanye hitam berupaya mempengaruhi perilaku orang supaya tidak lagi menggunakan komoditas alam yang merupakan salah satu kekayaan alam Indonesia.
”Kampanye ini membidik negara-negara konsumen seperti di Eropa, Tiongkok, dan India,” tuturnya.
Untuk mengubah selera konsumen terhadap sawit misalkan, dikatakan dia, dimunculkan kampanye palm oil free (bebas minyak sawit) di sejumlah produk makanan.
Menurutnya, kampanye hitam ini didukung beragam isu yang memojokkan kelapa sawit seperti merusak ekosistem lingkungan, pembakaran secara masif hingga isu eksploitasi masyarakat lokal.
”Memang, jangka pendek dampak kampanye ini belum dirasakan. Akan tetapi secara jangka panjang haruslah diwaspadai karena masyarakat berpotensi meninggalkan produk-produk alam nasional.”
”Kalau produk sudah ditinggalkan, sangat sulit untuk mengajak orang kembali,” ujar peraih gelar doktor di IPB ini.
Berikutnya adalah biaya pokok produksi akan meningkat sebagai dampak kampanye hitam. Tungkot menguraikan sejumlah NGO memaksakan tuntutan kepada perusahaan dengan kedok isu lingkungan dan sosial.
”Tuntutan ini dikemas sangat rapi dengan alasan prinsip sustainability. Padahal, kewajiban menjalankan tuntutan ini membuat biaya pokok produksi bertambah,” katanya.
Untuk itu, dia meminta, pemerintah dan pelaku industri mewaspadai efek jangka panjang kampanye hitam LSM ini.
Lantaran, dampak kampanye sudah terlihat seperti penggunaan label No Palm Oil di dalam negeri hingga usaha memberikan tekanan-tekanan kepada lembaga-lembaga sertifikasi nasional maupun internasional.
”Yang harus diwaspadai jejaring LSM asing yang beroperasi di Indonesia yang digunakan oleh kepentingan asing untuk menghantam Indonesia,” ujarnya.
Kategori :