RADARTASIK.COM, Sejumlah simpatisan Partai Golkar Kota Tasikmalaya mengeluhkan sikap partai berlambang pohon beringin yang melakukan manuver menjelang Musda VI KNPI. Dengan menggelar konvensi yang dilakukan dalam menjaring kader internal, untuk melenggang ke pencalonan DPD KNPI mendatang.
Mantan Ketua DPK Golkar Cihideung Nunung Revolusiana mengatakan merupakan wadah kepemudaan yang menghimpun aspirasi serta inspirasi para pemuda. Lewat wadah itu, para perwakilan OKP berhimpun, berstrategi dan melebur melalui jas abu langit sebagai tanda tidak adanya perbedaan latar belakang ketika mengenakan bendera tersebut.
Sayangnya, kata dia, kondisi hari ini DPD Golkar seolah mengerahkan kekuatan secara serius, dengan munculnya isu adanya kandidat yang diunggulkan pada kontestasi politik tersebut. Ditandai dengan adanya konvensi yang terkesan meloloskan salah seorang kader, sementara kader lain diminta duduk dan taat terhadap hasil keputusan.
“Seharusnya tidak ada kesan menjagokan, Golkar itu merepresentasikan Pak Plt wali kota yang merupakan ketua, harusnya tidak ada kesan keberpihakan dan menunjukkan pertarungan anak-anaknya sebagai tontonan,” keluh dia.
Menurutnya dengan pola konvensi kekaryaan beberapa waktu lalu, seolah mematahkan potensi pemuda lainnya yang notabene kader Golkar sendiri.
“Paradigma KNPI sekarang itu beda, tidak istilah underbow parpol, tetapi mereka di sana bergabung untuk kepentingan kepemudaan. Toh kita lihat, parpol lain juga tidak ada yang bersikap secara terbuka dalam mendukung kadernya maju untuk mencalon di KNPI,” papar Nunung.
Mantan Ketua Angkatan Muda Partai Golkar Kota Tasikmalaya Husen Awaluddin menilai dasar hukum konvensi yang dihelat Kekaryaan tidaklah mengacu terhadap aturan yang jelas. Dimana, selama ia menjadi pengurus di DPD Golkar mau pun Organisasi di Kekaryaan belumlah ada pelaksanaan konvensi untuk tataran Musda KNPI.
“Malahan kader kita (Rony, Red) didukung untuk tetap maju oleh partai-partai lain, mau sampai kapan kader kita dibuat ngungsi,” sambung dia.
“Ini tidak nyambung, kalau ada kader mau nyalon berangkat dari Kekaryaan harus lewat konvensi. Ketika dasar hukumnya tidak ada, maka tidak berkonsekuensi terhadap sanksi, seperti yang disampaikan pengurus hari ini,” kata Husen.
Seharusnya, pengurus Golkar bisa lebih dewasa. Menyikapi proses demokrasi kepemudaan yang berekses adanya kader tersakiti, yakni Rony Muhammad Anugrah (RMA). Harusnya konvensi dilakukan saat Musda DPD Golkar lalu, supaya tidak berekses terhadap sejumlah kader yang tidak terangkul.
“Malah pas KNPI baru menggelar konvensi, terlalu memaksakan dan seolah menampar diri sendiri, kenapa urusan Musda KNPI yang jelas tidak berkorelasi dengan urusan partai malah dilakukan konvensi,” tanya dia.
Tim Pemenangan RMA, Hendra Infanteri optimis kandidat yang didukungnya mampu menakhodai DPD KNPI. Meski hasil konvensi kekaryaan tidak meloloskannya mencalonkan, RMA sukses meyakinkan DPK KNPI dan OKP yang memberikan restu melalui rekomendasi dukungan.
“Dia layak dan pantas, secara ekonomi bonafid, memiliki konsep gagasan bagaimana pemuda Kota Santri ke depan. RMA kader murni Kosgoro 1957 bukan kader instan,” tegasnya. (igi)